Hari ini aku mendapat kepercayaan dari Emak untuk mewakilinya dalam acara Seminar Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Ketangguhan Bersaing di Prasetiya Mulya, karena Emak lagi ke luar kota. Jadilah pagi-pagi jam 8 aku udah nongkrong di kampus Prasetiya Mulya di bilangan Cilandak.
Tadinya pas nunggu acara dimulai, aku pengen banget poto-poto di kantin kampus Prasetiya Mulya. asyik dan keren sih.......dan langsung kebayang pengen bikin cerpen dengan latar kampus seperti ini! *alumni Prasetiya Mulya pasti langsung ge-er deh*
Nah!
Aku langsung menuju tempat registrasi, mendaftarkan diri dulu. Dapat goodie bag, ya isinya makalah yang akan dipresentasikan plus beberapa brosur PMBS (Prasetiya Mulya Business School), dan majalah Forum Manajemen. Satu lagi, ngeliat majalahnya bikin aku tergoda untuk bergelut di dunia jurnalistik lagi..........kangen deh ternyata (>.<)"
Setelah registrasi, naik deh ke lantai 4, tempat auditorium. Sebelum masuk boleh coffee break dulu, karena acaranya non stop. waaaaa...............minum teh dan makan lemper emang paling pas deh buat menangkal lapar!!!!
Begitu masuk ke auditorium (dengan tempat duduk bertingkat-tingkat yang bikin orang bisa leluasa melihat ke bagian depan), ckckckckck......pantesan sekolah di sini mahal, ruangannya bagus kok! Rapi, bersih, wangi, dan dingin!!! uppfff.......untung bawa cardigan tadi.
Kira-kira pukul 08.45 acara dimulai dengan sambutan dari Bapak Djisman Simandjuntak, Dekan PMBS. Sekitar pukul 09.00 moderator Tjahja Gunawan (Wapemred desk Bisnis dan Ekonomi Harian Kompas) memperkenalkan diri, sekaligus ketiga narasumber.
Narasumbernya:
Tadinya pas nunggu acara dimulai, aku pengen banget poto-poto di kantin kampus Prasetiya Mulya. asyik dan keren sih.......dan langsung kebayang pengen bikin cerpen dengan latar kampus seperti ini! *alumni Prasetiya Mulya pasti langsung ge-er deh*
Nah!
Aku langsung menuju tempat registrasi, mendaftarkan diri dulu. Dapat goodie bag, ya isinya makalah yang akan dipresentasikan plus beberapa brosur PMBS (Prasetiya Mulya Business School), dan majalah Forum Manajemen. Satu lagi, ngeliat majalahnya bikin aku tergoda untuk bergelut di dunia jurnalistik lagi..........kangen deh ternyata (>.<)"
Setelah registrasi, naik deh ke lantai 4, tempat auditorium. Sebelum masuk boleh coffee break dulu, karena acaranya non stop. waaaaa...............minum teh dan makan lemper emang paling pas deh buat menangkal lapar!!!!
Begitu masuk ke auditorium (dengan tempat duduk bertingkat-tingkat yang bikin orang bisa leluasa melihat ke bagian depan), ckckckckck......pantesan sekolah di sini mahal, ruangannya bagus kok! Rapi, bersih, wangi, dan dingin!!! uppfff.......untung bawa cardigan tadi.
Kira-kira pukul 08.45 acara dimulai dengan sambutan dari Bapak Djisman Simandjuntak, Dekan PMBS. Sekitar pukul 09.00 moderator Tjahja Gunawan (Wapemred desk Bisnis dan Ekonomi Harian Kompas) memperkenalkan diri, sekaligus ketiga narasumber.
Narasumbernya:
- Prof. Sammy Kristamuljana, Ph.D. (Guru Besar Manajemen Stratejik dan Ketua PMBS)
- Yeni Fatmawati (PT Sari Husada)
- Wimar Witoelar (pengamat CSR)
Pak Sammy mewakili akademisi, Bu Yeni sebagai praktisi, sementara Pak Wimar sebagai pengamat.
Kalau mau ditulis panjang lebar sih bisa banget, lha wong aku dapet materinya (kecuali WW yang berpidato singkat ajah.....). Tapi, aku kasih poin-poin penting aja yaaaaa..........check this out!
Kata Prof. Sammy..........
Kalau mau ditulis panjang lebar sih bisa banget, lha wong aku dapet materinya (kecuali WW yang berpidato singkat ajah.....). Tapi, aku kasih poin-poin penting aja yaaaaa..........check this out!
Kata Prof. Sammy..........
- Trend terbaru --> tujuan tritunggal perusahaan: "orang-bumi-laba".
- Kini perusahaan tidak hanya memperhatikan laba semata, tapi juga bumi (baca: pelestarian lingkungan) dan orang (baca: kesejahteraan manusia).
- Jadi, perusahaan TETAP mencari laba, tetapi pada saat yang sama juga memperhitungkan dampak dari operasinya kepada masyarakat, lingkungan alam, pasar, dan karyawannya.
- Artinya, kesadaran perusahaan untuk melakukan CSR sudah semakin besar dari tahun ke tahun. Prof. Sammy memberikan data ketika kita mencari kata 'CSR' di Google. Tahun 2000 hanya muncul 1 juta halaman, tahun 2006 menjadi 16 juta halaman, dan tahun 2009 menjadi 24 juta halaman! Mengapa demikian?
- Menurut Prof. Sammy, 'katalisator' yang menyebabkan adalah "a knowledge and information-intense global market", yang pada akhirnya menuntut pembukaan saluran-saluran dan pemberlakuan nilai transparansi. Maksudnya apa? Pada zaman global seperti sekarang, keinginan orang untuk terus update dengan informasi terbaru semakin kuat, apalagi ditunjang dengan kemudahan mengakses informasi. Ketika di Eropa sana ada suatu peristiwa, dampaknya pun akan meluas ke bagian dunia lainnya, dan orang-orang akan menunjukkan pola perilaku yang sama (merasakan dampaknya juga), seperti orang-orang yang berada di tempat peristiwa itu terjadi. Prof. Sammy mencontohkan begini:
ketika orang-orang bilang, 'eh..buka youtube, ada video ini', kita pun akan penasaran dan tertarik untuk membuka video tersebut, sehingga kita membuka saluran tersebut dan terpapar informasi tadi.
- Dua dampak dari katalisator itu adalah 1) perusahaan semakin menjadi INSTITUSI TERKUAT dalam sistem ekonomi pasar persaingan; 2) relevannya dua landasan pembenaran pengadopsian teori dan praktek CSR.
- Ini bagian menarik dari paparan Prof. Sammy, yakni dua landasan pembenaran pengadopsian CSR:
- konsekuensi logis >> harapan bahwa tindak menjalankan akan membuahkan kebaikan. Contohnya, suatu perusahaan minyak melakukan CSR karena berpikir apa yang pekerjaan yang mereka lakukan adalah yang 'merusak', mengambil hasil bumi. maka perlu dilakukan suatu tindakan timbal balik kepada bumi supaya tidak terkesan 'merusak' bumi saja. Lihat deh, ini ada yang namanya konsekuensi LOGIS, seperti halnya logika. kalau kita melakukan tindakan +A, maka kita perlu melakukan tindakan -A untuk menyeimbangkan apa yang telah kita lakukan. Jadi, ada harapan kalau menjalankan tindakan itu akan menghasilkan suatu kebaikan.
- logika kepatutan >> identitas diri sebagai pedoman dari tindakan perusahaan. Masih dengan contoh yang sama, perusahaan minyak tadi. jika ia bertindak berdasar pada logika kepatutan, ia akan melibatkan suatu pemahaman ilmiah, sehingga menghasilkan kesadaran yang lebih mendalam plus ETIKA. Artinya, ketika perusahaan minyak itu tahu betul apa yang dilakukannya 'merusak', ia melakukan CSR, misalnya, dengan mengganti peralatannya dengan peralatan yang lebih ramah lingkungan, mengolah limbah dengan benar sebelum dibuang, dan lain sebagainya. Di sini muncul pendekatan ilmiah, tetapi dilakukan dengan hati dan etika.
- Nah, yang menjadi persoalannya adalah pada mutu pelaksanaan CSR itu: 1) bagaimana pengukurannya? 2) konsistensi pelaksanaannya selama bertahun-tahun, pelaporan semua kegiatannya, dsb.
- Untuk jangka pendek, laporan CR (corporate responsibility) merupakan solusi yang baik. Namun, untuk jangka panjang dibutuhkan pemahaman lebih dalam atas persoalan yang dihadapi planet bumi dan orang yang tinggal di atasnya. Bagian menarik bagiku di sini adalah ketika menyadari bahwa perusahaan sebagai INSTITUSI TERKUAT juga berperan sebagai institusi yang paling banyak menghabiskan sumber daya alam, termasuk SDA yang tidak bisa diperbaharui. Kata Prof. Sammy, the winner takes all. Dan ini mengingatkanku pada film "Home": umur manusia baru 200.000 tahun, tetapi manusialah yang mengubah wajah dunia, bahkan menaklukan dunia (baca: 'merusak').
- Di bagian akhir, Prof. Sammy berkata, CSR itu ibarat permainan hoki yang brutal. ketika semua orang pergi ke mana bola itu pergi, saya pergi ke tempat di mana bola itu AKAN pergi (Wayne Gretzky, pemain hoki es Kanada). artinya, kita harus bisa memperkirakan akan ke mana trend CSR ini, bukan cuma sekedar ikut-ikutan perusahaan lain, tetapi bagaimana CSR itu betul-betul bermanfaat bagi perusahaan kita.
- Prof. Sammy juga menambahkan, teknik dan skill itu nggak akan pernah cukup, tetapi juga harus punya JIWA. Maka dari itu, selayaknya logika kepatutan tadi menjadi bagian integral dari para pebisnis dan wirausahawan.
No comments:
Post a Comment