Pertanyaan ini jadi topik phone interview di Cosmopolitan FM 90.4 tadi siang.
Aku lho yang diwawancara :)
Jadi, sebelum apa yang sudah kucari-cari ini meluap entah ke mana, aku tulis di sini ya jawabannya :)
Ada dua faktor yang mendorong munculnya anggapan perempuan nggak bisa membaca peta.
s.a.t.u, faktor biologis.
Kemampuan membaca peta erat banget kaitannya dengan kemampuan ruang atau visual spasial. Kemampuan ruang ini ada di otak kanan.
Ternyata, kapasitas kemampuan ruang di otak kanan laki-laki lebih besar dari sononya dibandingkan dengan perempuan. Apalagi ditambah produksi hormon testosteron di tubuh laki-laki...Hormon ini bikin laki-laki lebih kuat, lebih tegap, sekaligus memperkuat juga kemampuan ruang itu. Di satu sisi, hormon testosteron menghalangi pertumbuhan otak kiri laki-laki (otak kiri dipakai untuk komunikasi lisan, verbal). Jadilah si otak kanan lebih kuat perkembangannya, dan kemampuan ruang itu jadi dominan ada di laki-laki. Ndilalah, sejak zaman purba yang namanya laki-laki itu sudah teruji kemampuan ruangnya. Mereka berburu, menangkap mangsa, mencari jalan. Akhirnya, kemampuan ruang laki-laki lebih terasah dunk, dan sebagai hasil evolusi beribu-ribu tahun lamanya, semakin tajamlah kemampuan ruang laki-laki. Dan memang sejak zaman baheula, urusan cari jalan itu bukan pekerjaan perempuan. makanya, perempuan nggak terlatih untuk baca peta.
d.u.a, faktor pengkondisian atau conditioning.
Ini juga terkait dengan poin pertama. Tapi sebetulnya banyak sekali kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat pergi dengan mobil. Laki-laki yang mengemudi. Perempuan duduk manis di belakang. Ngapain? Tidur. Ngobrol. Intinya nggak memperhatikan jalan sama sekali. Tahu-tahu nyampe deh.
Contoh kedua, perempuan yang zaman mudanya bisa mengemudi, masih bisa hore-hore ke mana-mana jalan sendiri. Begitu sudah mapan, punya supir dunk. Nah, pertanyaannya: masih hapal jalan? jawabannya: nggak. Ada supir kok, jadi malas mikir, akhirnya nggak terlatih lagi, nggak terbiasa lagi. Kemampuan ruangnya jadi menurun drastis..............
Faktanya,
tetap ada perempuan yang jago abiiizzz baca peta dan tahu jalan. Cuma memang jumlahnya nggak banyak, konon hanya 10% perempuan yang berkemampuan ruang sama baiknya dengan laki-laki. Sekali lagi, setiap orang punya kecerdasan visual spasial, artinya punya potensi untuk mampu mengenali dimensi ruang, baca peta, tahu arah. Masalahnya, tinggal bagaimana kecerdasan itu terangsang atau tidak, terlatih atau tidak, berkembang atau tidak. Kuncinya tetap...pada LATIHAN. Kalau kata Allan dan Barbara Pease, nggak mungkin dunk perempuan suntik testosteron supaya bisa baca peta. Mendingan perbanyak latihan, sehingga lebih mampu baca peta dan nggak gampang dikibulin orang.
Eh,
tapi kalau aku berada di kota yang benar-benar asing, mendingan nanya dunk ah daripada bisa baca peta tapi sotoy! :P
referensi : Why Men Don't Listen and Women Can't Read Map, Allan and Barbara Pease
No comments:
Post a Comment