Si Mbul hadir dalam kehidupan saya sejak tahun 2006, tepat saat saya sedang diburu waktu untuk menyelesaikan kuliah. Kehadiran Si Mbul membuat saya harus mengistirahatkan saudara tua Mbul, plus diinapkan di Psikomedia (sepertinya masih ada tuh saudara tua Mbul).
Si Mbul sangat spesial bagi saya. Spesial karena waktu itu memiliki Mbul adalah kebanggaan. Spesial karena dengan Mbul, hidup saya lebih mudah. Spesial karena dengan Mbul, saya bisa segera menyelesaikan kuliah. Spesial karena dengan Mbul, saya banyak merajut cerita bersama seseorang.
Si Mbul selalu setia menemani saya, di manapun dan kapanpun.
Dari Jakarta ia diboyong ke Jogjakarta dan menetap selama 2 tahun. Di Jogja pun sudah berkelana, nggak cuma rute kost-kampus, tapi juga ikut ke Banguntapan, tempat KKN saya. Belum lagi Mbul juga suka ikutan ngafe di Kedai Kopi atau Open Kitchen (yang ini sudah tutup).
Dari Jogjakarta, ia pulang kampung ke Jakarta alias Tangerang alias rumah orang tua saya. Ia juga yang menjadi saksi perjalanan karir saya yang lompat sana sini. Dari freelancer illustrator ke senior staff event organizer, sampai terakhir menjadi assistant manager - Business Development.
Di Kebon Jeruk, Mbul menjadi teman bertengkar, sekaligus teman diskusi setia. Mbul membantu saya melahirkan banyak program, artikel, desain materi promosi, sampai dengan video-video seru. Ada kalanya Mbul ngambek, sakit, sampai terpaksa di-opname. Mbul juga ikut naik turun TransJakarta, taksi, dan tentu saja mobil adik saya. Namun, Mbul selalu berdiri di garis terdepan ketika saya membutuhkannya.
Mbul juga menemani saya melewati hari-hari pingitan menjelang pernikahan, satu momen penting dalam hidup saya. Momen yang memang sudah ditunggu-tunggu Mbul!
Pun akhirnya Mbul ikut bersama saya hijrah ke pulau seberang. Ia menjadi saksi karir baru saya, sebagai seorang guru BP. Mbul serumah dengan Oren, yang sama setianya pada suami saya.
Sayangnya, Mbul hanya kuat menemani saya beberapa bulan awal saja. Saya juga yang bersalah, berpaling pada yang lain, dengan alasan yang lain itu lebih memudahkan saya. Mbul agak menyusahkan saya, apalagi saat saya hamil. Mbul pun teronggok lama di rumah, hampir setahun.
Sampai suatu hari, pasca melahirkan Rasya, suami saya mengajak Mbul untuk medical check-up. Mbul dicek kesehatannya, diterapi, dan... Alhamdulillah Mbul masih fit, sehat, sama seperti dulu!
Kini Mbul kembali hadir dalam hidup saya, berdampingan dengan saudara muda. Saya menata dan mendandani Mbul kembali, supaya tetap cantik dan rapi. Bagaimanapun, Mbul tetap tiada duanya, ia punya ketangguhan yang hanya dimilikinya seorang!
Ya, selamat datang kembali, Si Mbul!! :D
Si Mbul duduk manis di meja kerja saya :) |
No comments:
Post a Comment