Friday, August 31, 2012

"Di balik layar" kehidupan saya

Besar sebagai anak seorang ibu bekerja, membuat saya terbiasa dengan kehadiran pembantu atau asisten rumah tangga (ART). Entah sudah berapa puluh orang yang datang dan pergi sejak saya terlahir di dunia ini dengan status anak pertama Papa dan Mama. Konon kata Mama, saat saya lahir ada dua orang yang mengasuh saya di rumah kontrakan Cipete, yaitu Uu Uti dan Mbak Cucu. Saya sama sekali tidak ingat rupa Uu Uti, bahkan ketika beliau tiada pun saya tidak tahu. Namun, dengan Mbak Cucu, saya sangat dekat, bahkan hingga sekarang kami masih sering bertemu. Lebaran kemarin pun ia datang dan ke rumah saat acara turun tanah Rasya, plus mengasuh Rasya tentu saja.

Mbak Cucu membantu kami di rumah hanya sampai Gilang lahir, yaaa kira-kira 15 tahun, seumuran saya deh. Setelah itu ia pulang kampung dan menikah. Sejak Gilang lahir, ada ART yang khusus mengasuh Gilang dan juga mengurus rumah. Namun, saya lupa persisnya tahun berapa, keluarga adik Papa pun ikut tinggal di rumah kami. Mungkin sekitar tahun 2003?

Kehadiran Om Dian sekeluarga sebenarnya bukan hal baru sih. Om Dian, adik bungsu Papa, memang sering  tinggal di rumah sejak zaman bujang. Sampai akhirnya menikah dengan Bi Eti pun sempat tinggal di Sukabumi sebelum pindah ke rumah. 

Keuntungan besar bagi kami sekeluarga ketika ada Bi Eti adalah ada orang yang bisa dipercaya luar dalam untuk urusan rumah. Bi Eti saya ibaratkan sebagai kepala urusan rumah tangga. Semua barang di rumah, Bi Eti tahu tempatnya. Urusan masak memasak, Bi Eti jagonya. Lupa bawa sesuatu, minta tolong Bi Eti siapkan, pasti beres. Mama sangat percaya Bi Eti, begitu pun kami. 

Namun, kegalauan mendadak sempat hadir ketika ART yang khusus mengurus Gilang tidak balik lagi setelah Lebaran. Mama sudah pusing tujuh keliling cari ART. Apalagi sekarang orang Sukabumi (kami biasa mengambil ART dari sana, yang hitung-hitung masih saudara jauh) jaraaaaaannng yang mau jadi ART. Mending kerja di pabrik atau jadi TKW sekalian, ataauuu....menikah deh. Akhirnya, diputuskanlah saat itu, mungkin sekitar 3-4 tahun lalu, TIDAK ADA ART di rumah kami!

Kelimpungan? Banget. Bagi kami sekeluarga yang punya mobilitas tinggi, ART itu bak penyangga kehidupan kami. Lihat saja kalau Lebaran, urusan cuci seterika jadi momok yang paling bikin gerah. Namun, kalau kenyataannya sulit mendapatkan ART, ya mau bagaimana lagi?

Saya ingat persis, Mama langsung 'galak' pada saya dan Kiky, untuk bertanggung jawab pada kamar sendiri, minimal membersihkan tempat tidur. 'Jangan semua apa-apa Bi Eti, apa-apa Bi Eti. Kasihan kan Bi Eti,' begitu kata Mama waktu itu. Ya, sejak nggak ada ART, otomatis operasional rumah full di tangan Bi Eti. Bayangkan, Bi Eti mengurus dua anaknya, Gilang, masak, plus urusan bersih-bersih. Urusan cuci seterika sempat dipegang oleh si Mpok, ART rumah Ibu di sebelah. Pokoknya, yang gede-gede wajib mengurus diri sendiri!

Nah, sejak saat itulah, 'ketergantungan' saya pada Bi Eti kian besar. Bukan ketergantungan dalam arti semua dibereskan Bi Eti, tetapi karena Bi Eti adalah super woman yang bisa diandalkan. Bertanya urusan rumah pasti larinya ke Bi Eti. Lagi beli buku di Gramedia, lupa komik nomor berapa yang dibeli terakhir, minta tolong Bi Eti cek di kamar. Bahkan, curhat juga sama Bi Eti! 
Om Dian sekeluarga. Bi Eti cantik kan?
Pun saat saya menikah, Bi Eti sangat membantu persiapannya. Sampai urusan pindahan ke Bontang juga beres-beres dibantu Bi Eti dan Mbak Cucu yang waktu itu sengaja datang ke rumah untuk pernikahan saya. Kini setelah tinggal di Bontang pun, Bi Eti ibarat buku resep berjalan bagi saya. Setiap mau masak ini, sms Bi Eti dulu, tanya resepnya. Biasanya sih resep Bi Eti selalu maknyuuusss hasilnya! Dan rasanya seperti bikinan Bi Eti, hehehehe.

Di rumah, Bi Eti sampai kini menjadi tangan kanan Mama. Makanya, segala urusan printilan pasti beres kalau dipegang Bi Eti. Pun dengan Mbak Cucu, meski ketemu paling cuma 1 kali setahun pas Lebaran, tetap saja kami bisa mengandalkan Mbak Cucu ketika ia memang bisa membantu. Karena ia sudah kenal kami sekeluarga luar dalam, lengkap dengan kebiasaannya. 

Betapa kami sekeluarga sangat sangat menyayangi Bi Eti dan Mbak Cucu! 
Rasya digendong Mbak Cucu
Begitulah cerita di balik layar kehidupan saya di tengah hiruk pikuk kota besar selama ini. Saya memang bisa survive di Jakarta, tetapi saya membutuhkan penyangga yang luar biasa di rumah, orang yang bisa diandalkan! 

Siapa orang andalan kalian? ;)

No comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.