Baru saja seorang rekan senior datang ke ruangan mencari rekan saya. Alih-alih bertemu orang yang dicari, bapak ini malah ngobrol panjang lebar dengan saya. Saya tahu persis bapak ini orangnya suka sekali ngobrol. Sekali cerita, bisa berjam-jam tanpa jeda. Ceritanya pun macam-macam, mulai dari kehidupan keluarga, karier anaknya, karier dan kesibukan saat ini, politik, sampai urusan 'vertikal' tetapi dengan bahasa sederhana.
Obrolan barusan menghabiskan kira-kira....hampir 90 menit!
Sebagai orang muda, ya dari segi usia dan pengalaman, pengalaman saya hanya sepersekian dibandingkan beliau yang sudah makan asam garam di mana-mana. Meski kadang sesekali beliau meminta pendapat saya, pasti beliau juga sudah memiliki jawabannya.
Dari sekian banyak ceritanya, saya sangat senang bila bapak ini bercerita tentang keluarganya. FYI, bapak ini orang yang sangat teguh memegang prinsip dan keras, tetapi bagaimana beliau menceritakan istri dan anak-anaknya menunjukkan bahwa beliau seorang family-man.
Saya juga menghormati beliau dengan segala keterbukaan dalam berpikir dan caranya membina hubungan dengan kami, para junior-nya yang jauh lebih muda. Semuanya dimulai dari bagaimana kita mampu menghargai diri sendiri, sehingga orang lain pun akan menghargai kita. Ohya, kutipan kalimat menarik dari beliau tadi ini nih.
Ilmu sering membatasi kita untuk bergerak dalam ruang sosial. Padahal, saat kita berada dalam ruang sosial (masyarakat), kita bertemu dengan banyak orang dari beragam latar belakang pendidikan, tentu saja pola pikir mereka pun beragam. Akibatnya, kita sering terpaku pada kotak yang hanya sekian saja besarnya.
Di luar segala cerita yang sering beliau bagikan, saya belajar satu hal.
Mendengarkan.
Iya, ini keterampilan sederhana, tapi butuh penguasaan bertahun-tahun. Beberapa kali ngobrol panjang lebar dengan beliau, saya berlatih mendengarkan dengan penuh konsentrasi. Mendengarkan itu sulit lho. Saat kuliah ini adalah kelemahan terbesar saya. Alhamdulillah, seiring perjalanan, saya mulai mampu meningkatkan keterampilan mendengarkan. Apalagi, komponen terpenting dari seorang konselor/psikolog adalah mendengarkan. Bagaimana kita mau membantu memecahkan masalah jika kita belum mendengarkan masalahnya? :)
Nah, dua hal itulah yang membuat saya senang ngobrol panjang lebar dengan rekan-rekan saya: tambah pengalaman/referensi dan latihan mendengarkan.
You'll learn something from others' stories.
You don't need to be like them, but you can put your shoes in their shoes.
Learning by listening.
No comments:
Post a Comment