Saturday, November 22, 2014

Kata Rasya (3): Sejuta Alasan

Salah satu konsekuensi yang harus saya dapatkan ketika memilih untuk bekerja adalah melewatkan beragam celoteh Rasya sejak ia bangun tidur di pagi hingga sore hari. Beruntung saya masih bisa mendengarnya lewat cerita orang rumah, yang kadang membuahkan tawa geli. Namun, bagi saya, lebih beruntung lagi karena Rasya tetap mau berbagi celotehnya pada saya.

Sudah sebulan ini ia semakin pintar berbicara, bahkan bercerita panjang lebar dengan sedikit panduan pertanyaan. Belum lagi selalu ada saja alasan yang dibuatnya untuk menjawab kalimat yang dilontarkan orang dewasa di sekitarnya. Jawaban dan alasan yang dibuatnya, kok bisa selalu masuk akal. Saya jadi geli mendengar Rasya berbicara dengan logika sederhana yang mulai ia kuasai dengan baik. Kenapa? Karena saya tidak pernah berpikir akan mendengar alasan itu dari bocah kecil yang usianya hampir 3 tahun.

Cerita Satu
Uti Rasya pamit padanya karena mau berangkat mengajar piano.
Uti     : Rasya, Uti berangkat ngajar piano dulu ya. Rasya di rumah sama Nin.
Rasya : Nggak. Nin aja yang ngajar pineno (piano), Uti di rumah aja sama Caca.

Sudah bisa bolak-balik logika! 

Cerita Dua
Rasya disuruh mandi sore oleh Atung.
Atung : Rasya, mandi yuk, udah sore nih!
Rasya : Nggak mau mandi, aku udah wangi, Atung!

Sepertinya dia tahu bahwa mandi atau nggak mandi, Mama tetap suka bau asyemnya dan buat dia itu 'wangi' :p

Cerita Tiga
Rasya sedang memohon pada Ayah supaya dibukakan pocky, cemilan favoritnya.
Rasya  : Ayah, bukain pocky!
Ayah   : Nggak mau, Rasya belum makan malam. Makan dulu baru boleh makan pocky.
Rasya  : Bukain pocky! Bukain!
Ayah   : Pocky-nya nggak ada (ambil pocky dan plastik isi cemilan Rasya)
Rasya  : ..... ya beliin lagi aja!
Ayah   : Nggak
Rasya  : (menunduk sambil menghela nafas)

Jawaban cerdas! Kalau pocky nggak ada, ya minta beliin lagi aja. Saya cuma ketawa cekikikan ngeliat dialog ini berlangsung. 

Cerita Empat
Ini dapat laporan dari Ayah Rasya, saya tulis alasannya saja ya. Suatu pagi di hari Senin, kebetulan suami lagi di rumah dan sedang berusaha membujuk Rasya untuk sekolah. Tapi Rasya nggak mau sekolah, alasannya banyak banget:
  • mau sama Ayah aja! (pasti Ayahnya senang banget dijawab begini, tapi kan tetep harus sekolah)
  • mau minum susu!
  • nonton Masha aja!
  • mau bobo lagi!
  • mau makan buah! 
Makin lama alasannya makin nggak jelas, tapi ya begitulah, show must go on. Akhirnya Rasya pun pergi sekolah meski ia marah-marah. Toh di sekolah pun dia tetap senang bermain dan lupa dengan marah-marahnya tadi :p

Cerita Lima
Weekend adalah waktu spesial bagi kami bertiga. Kami harus menyempatkan diri untuk berkumpul dan pergi bersama. Suatu siang di mall, Rasya asyik main di Fun World. Dia suka banget segala macam permainan pemadam kebakaran dan mobil-mobilan. Karena sudah lama main, kami memutuskan untuk pindah ke tempat lain. Ya sesuai dugaan, reaksi Rasya adalah tidak mau pindah, masih mau main. Ia pun rewel setelah keluar dari Fun World, apalagi begitu kami ajak makan. 
Rasya  : Nggak mau makan, mau main ajaaaaa (sambil merengek)
Ayah    : Kan Rasya harus makan dulu. Atau Rasya sini aja sama Ayah, bobo? Bobo koala? (sambil peluk Rasya)
Rasya   :  Nggak mau bobo koalaaaaaa (tapi pas kepalanya direbahkan di dada Ayah, dia nurut eh...nggak lama tidur pulas)

Kata suami, kalau Rasya sudah memberi alasan aneh-aneh atas sesuatu hal, sebetulnya ia sudah mengantuk. Tinggal peluk dan usap-usap, ia pasti tidur :)

Kayaknya sih masih banyak lagi alasan yang sering dikumandangkan Rasya. Kadang saat melihat dia berceloteh panjang lebar, saya sangaaaaaattt berterima kasih pada Allah SWT karena sudah melahirkannya. Melihatnya tumbuh besar adalah kenikmatan paling yang saya syukuri saat ini!



Tuesday, November 04, 2014

Ke Mana Bayi Kecil Itu?

Ke mana ya, bayi kecil yang dulu selalu membutuhkan bantuan untuk melakukan banyak hal?
Ke mana ya, bayi kecil yang dulu hanya bisa tidur tenang setelah disusui?
Ke mana ya, bayi kecil yang dulu hanya bisa menangis kala ingin sesuatu?

Bayi kecil itu sudah tumbuh besar!

Lihat saja kakinya, sudah bisa pakai ukuran 23
dan bisa mengayuh sepeda dengan cepat, walau kadang jalannya sepeda miring-miring
Baju bayinya jelas nggak muat lagi
Celana piyamanya sudah nyingkrang semua
Lengan bajunya seolah memendek mendekati bahu
Rasanya perlu beli pakaian baru beberapa bulan sekali (asyik! alasan untuk belanja lagi!)

Enam bulan lalu pun ia belum pandai berbicara
Kini bicaranya sudah paaaaaannnnnjjjjjaaaaaannnngggg
Bukan cuma merangkai kata menjadi satu kalimat panjang,
tapi juga berceloteh, bercerita tentang apa yang dilakukannya di sekolah, atau buku kesukaannya
Juga menjawab semua kalimat Ayah Mama dengan jawaban yang masuk akal
Membolak-balik logika
Bahkan mengklaim 'ini punyaku!'

Tapi, ia tetap bayi kecil Mama

Sampai sebesar apapun ia tetap bayi kecil Mama
yang selalu Mama peluk setiap malam
yang senang ndesel ndesel di pelukan Mama
yang senang nangkring di atas perut, 'mau tidur koala,' begitu katanya
yang menangis sedih kalau dilarang Mama, tapi tetap mau peluk Mama walau (mungkin) kesal ke Mama

Anak lanang,
Mama menunggu lebih banyak kejutan kecil yang akan kamu berikan bertahun-tahun ke depan!
Tapi, kamu tetap bayi kecil Mama

sampai kapanpun :*

Powered by Blogger.