Tema #Modyarhood bulan April ini bikin senyum-senyum asem. Persis seperti judul post ini, tapi topik resminya adalah momen ibu dan anak apa yang dikangenin.
Kalau Puty kangen anak tidur lamaan dikit, Mamamolilo kangen saat menyusui anak.
Dua-duanya setuju foto ibu penuh welas asih pas gendong anak yang sering terpampang di rumah sakit atau puskesmas itu cuma hoax. Karena kenyataannya jadi ibu nggak seindah dan segampang itu.
Dua-duanya setuju foto ibu penuh welas asih pas gendong anak yang sering terpampang di rumah sakit atau puskesmas itu cuma hoax. Karena kenyataannya jadi ibu nggak seindah dan segampang itu.
Pasti ada momen yang bikin sebel, tapi juga ngangenin. Macam love and hate relationship deh hihihi.
Nah, berhubung saya udah punya dua anak, boleh ya cerita apa yang paling bikin sebel tapi kangen itu.
Mulai dari si anak mbarep dulu.
Sebel karena harus sering ngomelin Rasya.
Iya, frekuensi ngomelin Rasya bertambah, terutama sejak balik ke Bontang. Dengan situasi di rumah cuma berempat, nggak pakai pembantu, semua dikerjain bahu membahu sama suami, pastinya saya juga berharap si Kakak ini sudah bisa bantu-bantu dong ya. Seenggaknya, dia bisa urus dirinya sendiri, beresin mainan, dimintain tolong ini itu, jagain adeknya, de el el.
Kenyataannya?
Masih jauh dari harapan, bu ibuk.
Saking jauhnya, ini mulut nggak berhenti ngomeeeeeelllll tiap hari.
Ada aja 'masalah' yang dibuat.
Drama rewel pagi hari sebelum berangkat sekolah.
Pakai baju pelan-pelan udah kayak kukang.
Makan super lama kalau nggak suka lauknya.
Pergi main ke luar rumah tapi mainan masih berantakan di mana-mana.
Lantai teras baru dipel, tapi dia main air dan bikin lantai kotor lagi!
Susah tidur siang.
Main ke rumah teman tapi nggak pamit.
Sampai .... gigit pipi adek kalau lagi gemes atau kesel sama si adek!
Itulaaahhh .... jadi kangen masa-masa Rasya lagi manis-manisnya. Pas lagi lebih banyak nurut daripada banyak maunya.
Yang mana itu masih terjadi satu tahun lalu. Kalau bahasa Ayah- nya, Rasya ini sekarang sombong. Boro-boro mau dipeluk atau dikelon-kelon Ayah Mama. Atau kruntelan bertiga kayak dulu.
Sekarang dia mah lebih sering main sama temen-temennya.
Sekarang dia mah lebih susah dikasih tahu.
Makanya, mesti ngomel melulu. Kadang saking sebelnya, saya bilang, "Mama ini capek lho ngomelin kamu terus. Kamu nggak capek diomelin?"
Terus dia cuma menatap saya sambil diam seribu bahasa. Atau kadang berlalu begitu aja, nggak didengerin. Sebel.
Tapi, saya dan suami memang sadar sih. Usia se-Rasya ini lagi fase "rebel" anak (in a good way tentunya).
Peralihan dari usia prasekolah ke usia sekolah.
Anak mulai nyadar dia punya otonomi atas dirinya sendiri. Punya banyak keinginan, punya banyak ide, punya banyak kesukaan, belum lagi rasa ingin tahu yang makin besar.
Sementara kita sebagai orang tua punya segudang aturan yang berlaku di rumah. Pengennya anak harus bisa ngikutin dan nurutin semua aturan itu. Cuma karena dia juga lagi membangun sense "I can do this by myself" jadinya bentrok melulu. Masalahnya, kadang si bocah suka sok tau :p
Nggak heran, sini kerjaannya ngomel melulu. Frekuensi ngomel saya meningkat 2x lipat lho dibandingkan 1 tahun lalu hahaha.
Namun, kalau nggak diomelin, alias dibiarkan aja anak ngikutin keinginannya sendiri, juga nggak bener. Anak jadi nggak punya pedoman benar salah atau aturan yang konsisten untuk perilakunya. Jadi, ya sudahlah, emang ini masa lagi ngeluarin tanduk terus. Toh saya membayarnya dengan lebih banyak pelukan dan kecupan (meski sekarang lebih enak kecup pipi Runa hihi) untuk si Kakak.
Pernah suatu hari dia bilang begini,
"Aku sayang banget sama Mama."
"Iya? Kenapa, Kak?"
"Soalnya Mama orang yang paling sayang sama aku."
:')
*Mama meleleh, hatinya udah luber ke mana-mana*
Makanya, bu ibuk, ngomelin anak itu tetep perlu asal porsinya sesuai dan tepat sasaran ya hihihi :D
Yang ini cerita anak ragil.
Anak gadis ini suka sekali makan, bahkan kata pertamanya adalah 'mam!'
Namun, jujur saya sebel karena dia suka ikutan nimbrung makan dari piring saya, Kakak, atau Ayah daripada makan yang ada di piringnya sendiri. Piring tetangga lebih enak, mak!
Ini terjadi sejak dia 10 bulan, pas Runa sudah lancar merangkak dan makan nasi.
Lihat Kakak makan, disamperin dan dipalak. Kakaknya pun misuh-misuh walau saya bilang bagi aja sedikit.
Lihat Ayah makan, disamperin dan menatap Ayah dengan puppy eyes, berharap dibagi kacang atau kriuk-kriuk lain dari piring Ayah.
Lihat Mama makan, disamperin dan saya digelendotin sepanjang makan, muterin badan saya sambil bilang, 'Mam! Mam! Mam!' Padahal, di piring ada sambel. Jadilah disuapin yang nggak pedes.
Kan saya jadi kangen bisa makan apa saja sepuasnya satu piring tanpa berbagi sama anak-anak. Sejak beranak dua, rasanya jaraaaanngg banget bisa makan enak seporsi tanpa bagi-bagi sama Runa. Makanya, kalau pas Runa sudah bobo, baru deh saya puas-puasin makan yang saya suka tanpa bagi-bagi :D
Bukannya nggak mau berbagi lho, bu ibuk, jangan salah paham. Lah sini masih menyusui, perut minta diisi penuh supaya bisa nyusuin, tapi tiap makan ditongkrongin anak gadis minta bagian hahaha.
Apalagi belakangan Runa lebih lahap kalau makan dari piring orang gede, bukan piring bayinya. Kangen juga masa-masa Runa duduk manis makan sendiri tanpa ngambil jatah Mama. Jadi, saya juga bisa ikutan makan.
Nah, kadang saking hopeless nya sama kebiasaan Runa ini, ya udah satu piring buat makan bertiga. Untuk nyuapin Runa, sekalian Rasya, dan juga saya. Biar gampang dan nggak banyak piring kotor!
Untunglah, kalau lagi makan di luar, suami sering merelakan porsinya dibagi ke anak-anak. Padahal, saya tahu dia ga bakal kenyang. Ujungnya di rumah buat indomie lagi. Tapi ini demi istrinya bisa makan lahap tanpa gangguan!
Well, sebagai seorang Mama, melihat tumbuh kembang anak optimal itu pasti mengharukan.
Lihat Rasya, setahun lalu masih kicik banget, masih polos, dan apa-apa bilang Mama. Sekarang sudah jadi bolang yang hobinya keluyuran sana sini main sama temen-temennya. Belum lagi segudang ide dan kepinginan yang berlompatan dalam kepalanya. Masih ditambah sok tau ala anak gede yang suka bikin gemes dan sebel di saat bersamaan.
Runa juga begitu. Tahun lalu masih bayi bener, pasrah aja digendong ke sana kemari. Disusuin langsung bobo. Sekarang udah jalan, udah bisa ngungkapin keinginannya, sampai marah-marah tiarap kalau ditinggal sebentar. Ini anak bayi yang udah bukan bayi tapi masih cocok jadi bayi. Eh, bayi masih sampai 2 tahun kan? Kharisma lucunya masih memancar, boro-boro kesel, liat mukanya aja gemes melulu.
Meskipun ada aja yang disebelin dari Dua R, tapi saya tetep menikmati setiap pencapaian mereka berdua, setiap detiknya. Walau nggak tercatat dalam blog, tetapi selalu terekam dalam ingatan.
Sejak dalam kandungan, Rasya dan Runa sudah tumbuh bersama saya. Sampai kapan pun, Rasya dan Runa adalah bagian dari diri saya. Nggak pernah tergantikan oleh apa pun. Saya yakin, semua ibu pasti merasakan hal yang sama.
Jadi, biar sebel atau kesal sama ulah anak-anak, tetap saja mereka itu ngangenin. Dan bagian paling menyenangkan dari seorang Mama adalah saat mereka selalu kembali ke pelukan kita hanya untuk bisa tidur lebih nyenyak.
Pelukan Mama memang yang terbaik!
I realized when you look at your mother, you are looking at the purest love you will ever know.
-Mitch Albom-