Monday, February 25, 2013

Kalau sudah besar Rasya mau jadi...

'Kalau sudah besar mau jadi apa?'
'Cita-citamu apa?'
Pertanyaan ini membayangi saya beberapa pekan belakangan. Gara-gara sering mendengarkan dan menjelaskan pada siswa tentang dunia perkuliahan, saya jadi kepikiran, Rasya mau jadi apa ya kalau besar nanti? Rasya kuliah di mana? Nanti dia kerja apa?

Suami saya cuma komentar begini, "Sekarang aja masih belajar jalan!"
Saya sih mesem-mesem, habis gimana lagi. Setiap hari kerjanya konsultasi tentang kuliah dan kerja, saya pun ikutan mikirin hal yang sebetulnya memang masih jaaaaaaaaauuuuuuuuhhhhhhhh banget! Tapi beneran deh, mulesnya sudah dari sekarang, apalagi kalau berhitung soal biaya kuliah. OMG! *tutup muka pakai buku tabungan*

Kebanyakan orang tua memendam hasrat ingin mengarahkan dan membentuk anaknya menjadi ini itu, sesuai cita-cita masa kecil yang nggak kesampaian. Itu pun berlaku dalam diri saya, yang sempat melirik ke Fakultas Seni Rupa Desain ITB (ITB adalah kampus impian Papa saya), tapi langsung jiper begitu membandingkan antara kemampuan mahasiswa ITB dan diri sendiri. Tahu diri deh, kemampuan menggambar saya mah standar, rata-rata doank. Saya pun berakhir di Fakultas Psikologi UGM, dan siapa kira di situlah saya menemukan cikal bakal passion saya. Passion inilah yang kemudian digenjot habis-habisan ketika saya digembleng oleh Emak Ratih Ibrahim di Personal Growth

Berkaca pada diri sendiri, saya besar di keluarga yang cukup suportif untuk urusan cita-cita. Err...setidaknya sih dalam versi saya. Meskipun nggak bisa dibilang mulus juga, apalagi begitu masuk dunia kerja, arahan orang tua itu banyak banget. Saya sendiri sangat keras dan memegang teguh pendirian, kalau saya tidak mau masuk perusahaan, ya tetap tidak mau. Sama seperti ketika saya diharuskan masuk IPA, sementara saya lebih suka di IPS. Itu semua saya buktikan dengan menjadi yang terbaik di IPS. Pun saat bekerja. Awalnya mah dianggap biasa saja, tetapi justru di Personal Growth saya belajar banyak hal sekaligus menunjukkan bahwa pekerjaan itu betul-betul 'menghasilkan', ya uang, prestise, dan paling utama kepuasan batin :)

Maka, saya pun menyampaikan pada siswa, bahwa penting untuk kenal passion! Memilih jurusan bukan sekadar jurusan favorit atau ikut teman, tetapi karena tahu betul minat kita di situ. Mengutip kata seorang rekan Alanda Kariza dalam buku Dream Catcher, pertanyaan yang tepat untuk mengetahui passion adalah berikut ini.
What is the activity that will make you feel like dying IF you are FORBIDDEN to do it for the rest of your life?
Ibarat udara, maka passion adalah sumber nafas kita dan kita akan sekarat jika tak boleh melakukan itu sama sekali! Benar 'kan?

Saya butuh perjalanan hampir 10 tahun untuk betul-betul memantapkan hati dan menetapkan pilihan, passion saya sebenarnya di mana. Ada orang yang sejak kecil sudah tahu mau jadi apa, tapi banyak pula yang baru menemukan 'tambatan hati' itu pada usia produktif. We choose our path by know our passion. Waktunya itu yang akan berbeda pada setiap orang. 

Untuk Rasya, saya dan suami sepakat akan membebaskannya memilih yang ia suka. Meski pekerjaan kami berdua kini terkesan 'resmi' banget, kami tetap punya hobi yang nyeni, hehehe. Suami dengan fotografi, saya dengan tulis menulis. Sebetulnya kami berdua sama-sama bisa menggambar (gambar karya suami lebih keren!). Saya sih yakin kalau Rasya ketularan gen seni itu *sok tahu deh* 

Tugas saya dan suami adalah memberi Rasya stimulasi yang tepat. Harapannya, ia bisa mengeksplorasi seluruh potensi yang ia miliki dan mengembangkannya menjadi keterampilan yang ia kuasai dengan baik. Jika saya sedang penasaran ingin mencoba finger painting dengan cat yang bisa 'dimakan' seperti ini, maka suami sudah nyolong start untuk urusan modelling dan fotografi. Rasya cocok jadi model juga 'kan? :D
Jepretan si Ayah
Jepretan si Mama, ketahuan deh mana yang amatir :p

Nah, Rasya mau jadi apa kalau besar nanti? :*

Thursday, February 21, 2013

Anak Ayah!


Merasa melihat anak kembar?
Saya sih iya!!!
Benar-benar anak Ayah, hihihihi :*

Sunday, February 17, 2013

Dari Pembantu Sampai Sim Card :p

Hai! *sambil sapu-sapu dan ngepel teras blog*
Lagi-lagi saya mengkambinghitamkan kesibukan yang bikin saya jarang ngeblog seminggu ini. Namun, kenyataan berbicara demikian. Sehari-hari saja saya sudah capek kerja, maka pulang kerja khusus untuk Rasya plus tidur! Ini aja badan sedang drop kena flu, sejak kemarin bawaannya pusing dan hidung mampet. Salahkan pekerjaan? Salahkan diri sendiri karena nggak bisa jaga badan? Ya, saya sih ambil pilihan kedua, mengingat ketika sibuk saya sering makan ala kadarnya (kecuali kalau lagi menemani tamu, ajang perbaikan gizi dan makan enak!). 

Minggu ini saya dibuat patah hati oleh pembantu, bude pengasuh Rasya. Dia mengaku sakit, tidak masuk dua hari, eh ujungnya minta keluar. Yang paling bikin kesal adalah dia menyampaikan niat keluar itu ke temannya dan temannya itu yang bilang ke saya. Berita itu datang di tengah kesibukan saya yang superduper padat. Jedeeer! Lemas rasanya. Panik juga iya. Sebal, kesal, bete, tetapi sudah menduga juga. Habis tahu berita itu, pulang kerja langsung sapu-sapu dan ngepel rumah. Langsung buka lowongan kerja, titip lewat teman, dan curhat habis-habisan sama suami. Biasanya, saya akan panik, pusing tujuh keliling dan uring-uringan. Kali ini, saya lebih tenang dan santai, efek dari suami juga sih. 

Sekarang masih proses hunting pembantu, sementara Rasya setiap hari kerja di rumah mertua. Nah, ini juga yang bikin saya cepat lelah, karena rutinitas baru kadang membutuhkan banyak penyesuaian. Jadilah dua hari sekali saya mencuci baju, sapu dan ngepel. Setiap hari tetap masak, minimal untuk sarapan dan bekal Rasya-Ayah-Mama. Seminggu ini pula saya belajar untuk tidak berusaha sempurna dalam urusan rumah, supaya saya nggak semakin stres! :p

Edisi patah hati kedua minggu ini adalah SIM Card HP yang mendadak error. Padahal, saya sedang sibuk-sibuknya dengan urusan bikin janji dan lain-lain, sehingga saya uring-uringan banget untuk urusan ini. SIM Card saya memang produksi lama sih, tahun 2003, dan belum pernah diganti. Makanya, pas suami bawa ke toko HP untuk dicek, mbak-mbaknya sampai terpesona melihat SIM Card saya yang masih transparan (karena yang baru tidak transparan) plus mereknya pun masih merek lama. Suami saya bilang, 'Kayaknya si mbak itu belum lahir deh pas SIM Card itu ada. Langsung berasa tua banget!' xD

Permasalahan berikutnya, SIM Card itu harus diganti, sementara di kota saya tidak ada gerai resmi provider tersebut. Akhirnya, untuk sementara saya membeli nomor baru, sambil bersemedi berharap proses pergantian SIM Card ini segera kelar. Maklum, saya tak pernah berganti nomor HP selama 10 tahun (lama banget ya?). Maka saya langsung heboh ber-sms ria dengan beberapa orang penting untuk memberitahukan perubahan nomor sementara ini. Meski begitu, saya akui weekend ini agak damai karena tak disibukkan dengan sms atau telepon hahahaha :p Jadi, saya bisa fokus mengurus Rasya, me-time dengan Rasya! :*

Oh iya, hadiah menang Lomba Blog Ayahbunda juga sudah sampai. Rasanya memang beda ya memiliki sesuatu karena hasil berlomba. Saya jadi termotivasi untuk ikut lomba-lomba serupa, hehehe. Ada kebanggaan yang nilainya tak terkira, juga terselip pengakuan akan kemampuan diri. Bikin semangat! 

Pendek kata, minggu ini adalah minggu roller coaster. Kadang kita berada di bawah, naik lagi ke atas, ke bawah lagi, hingga kembali ke titik awal alias start. Akhir pekan adalah ajang terbaik untuk menyegarkan diri dan mengendapkan semua gundah gulana selama satu minggu, lalu bersiap untuk kejutan hidup lainnya pada satu minggu ke depan. 

Ayo, kita bertempur lagi! *pasang ikat kepala*
Dipinjam dari sini


Friday, February 08, 2013

Berdamai dengan kesibukan

Mendapat hari 'libur' dari rutinitas di unit baru itu seperti menginjak rem dan berhenti sejenak pada lampu merah. Setelah berhari-hari sibuk menginjak gas sampai poll, hari ini saya kembali sesaat ke habitat asal. Mengingat tanggung jawab saya di unit asal juga tak kalah banyak, maka saya ingin sekali bisa bagi-bagi waktu untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Untunglah, rekan kerja saya sangat mendukung dan bisa menjadi tempat berbagi (tugas dan tanggung jawab). Itu enaknya bekerja dalam tim!

Sebetulnya, aneka ragam kesibukan di unit baru nggak bikin kaget banget sih. Zaman muda (maksudnya lajang) dulu saya biasa bekerja dikejar-kejar target dan melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan. Multitasking itu biasaaaaa (dan bisa dilakukan, alhamdulillah). Masalah datang ketika saya terlanjur berada di zona nyaman dan perpindahan ini mendorong saya untuk keluar dari area nyaman yang sudah saya miliki. Apalagi, saya punya Rasya, yang HARUS SELALU menjadi prioritas utama. Makanya, rasa sedih dan gundah gulana kerap mendera saat terpaksa meninggalkan Rasya lebih lama atau menitipkan di rumah mertua. 

Saya sampai bertanya pada suami, "Mama belakangan ini kurang perhatian nggak sih sama Rasya?" 
Jawab suami, "Nggak kok, biasa aja, buktinya Rasya tetap cari Mama."
Lain hari, saya bertanya lagi, "Menurut Ayah, Mama perlu di rumah aja nggak? Habis rasanya kasihan lihat Rasya sering ditinggal."
Suami pun menjawab, "Hmm....Nggak tega, soalnya meski repot, tetap aja nggak tega. Nggak tega lihat Mama cuma di rumah aja."
"Berarti kekhawatiran Mama agak lebay ya?" 
"Iya," jawab suami pendek.

Mungkin karena kami tinggal di kota kecil ya, yang jarak dan waktu adalah hal mudah didapat, maka suami tetap ingin kami menjalani rutinitas seperti biasa. Ya bekerja, ya bermain bersama Rasya, ya kruntelan bertiga, semuanya tetap sama kok. Hanya saja kesibukan pekerjaan saya yang bertambah. Tinggal pintar-pintar menjaga kualitas kebersamaan bertiga. Toh meski sibuk, saya tetap memasak setiap hari, tetap bisa membuatkan suami sarapan, dan paling penting tetap bisa peluk-pelukan bertiga begitu pulang kerja. 

Semalam, saya terpaksa lembur sampai pukul 21.30. Sampai rumah mertua, ternyata Rasya belum tidur. Padahal, saya sudah siap patah hati kalau Rasya sudah tidur duluan. Rupanya, Rasya memang menunggu saya pulang. Kalau kata teman saya, anak itu belum bisa tidur jika belum dikelekin (tidur dirangkul alias di bawah ketiak) mamanya. Benar saja, begitu pasang posisi kelonin, menyusui, nggak sampai 10 menit, Rasya sudah pulas :)

Hmmm....mudah-mudahan memang ini cara jitu untuk berdamai dengan kesibukan. Sesibuk apapun saya (atau suami), kami selalu punya rumah untuk pulang. Rasya selalu menyambut kami dengan senyuman lebar! :*

Tuesday, February 05, 2013

Suporter Nomor 1!

Niat hati ingin mengabadikan pose Rasya yang tengah bermain sambil menemani Mama siap-siap. Eh, ternyata dia memberikan senyum gantengnya!

Bagaimana hati saya tak meleleh jika pagi-pagi diberikan semangat oleh suporter nomor satu ini? :*


*langsung ganti DP bbm*

Saturday, February 02, 2013

Memasak tanpa MSG

Saya suka masak sejak masih lajang. Begitu menikah, kadang-kadang masak, tergantung mood. Maklum, pas hamil cepat capek. Biasanya sih yang gampang aja. Favorit suami ya pasta, makanya sering posting resep pasta :D

Saya senang menggunakan bumbu penyedap seperti Masako atau Royco ketika memasak. Lebih gurih dan sedaaappp, apalagi untuk masakan ala Cina. Nggak sip kalau nggak pakai!

Masalahnya, sejak Rasya mulai makan makanan yang sama dengan kami (table food), saya jadi berpikir dua kali untuk menggunakan bumbu penyedap. Berusaha seminimal mungkin menggunakannya, atau memilih paduan garam-gula agar mendapat rasa gurih.

Nggak maksimal? Iya sih, tapi daripada lidah Rasya 'diteror' MSG terus-terusan? Sesekali (misalnya saat makan di luar) bolehlah, lha kalau tiap hari 'kan bisa bikin 'nagih.'

Sayangnya, mengatur takaran garam-gula itu gampang-gampang susah. Kadang keasinan, kadang kemanisan. Jadilah saya melirik ke senjata pamungkas, Jay's Kitchen All Purpose Seasoning. Komposisinya berupa bumbu rempah alami, tanpa penguat rasa buatan alias MSG. Paduan bawang putih, paprika, lada hitam, garam, bawang bombay, mustard, dan ketumbar ternyata bisa memberi rasa ciamiikk ke masakan.

Beberapa kali saya menambahkan bumbu ini ke masakan seperti sop, oseng tempe, nasi goreng, dan kakap goreng tepung. Rasanya, hmm....enaaakkk! Paling penting Rasya doyan dan lahap! (Padahal mah memang Rasya suka semua makanan :p)

Penting nih punya bumbu penyedap semacam ini di rumah. Bikin masakan lezat tanpa ekstra penguat rasa buatan. Coba yuukk!

Siapa bilang masakan tanpa MSG itu nggak enak? :D
Powered by Blogger.