Bye, Jakarta! Hello, Bontang!
Hari ini tepat hari ke-5 setelah saya mendarat di Bontang, Kalimantan Timur.
Bye, Jakarta!!
Ucapan perpisahan dengan kota Jakarta pada hari Selasa lalu sukses membuat saya mewek sepanjang penerbangan Jakarta-Balikpapan. Yah, bukan menangisi kota Jakarta semata, tetapi menangisi perpisahan jarak dengan rumah dan keluarga saya. Apalagi setelah mengantar sampai bandara, Kiky - adik saya, menyebut saya dalam tweet-nya, bahwa ia akan merindukan saya. Jelas, air mata saya tak bisa mengalah pada keinginan menahan tangis. Pun saat pesawat segera berangkat, saya hanya bisa memeluk suami erat-erat untuk meredam tangis. Namun, waktu tak bisa berhenti, dan membawa saya sampai ke Balikpapan pada Selasa sore.
Hey, Borneo!
Perjalanan Balikpapan-Bontang saya tempuh melalui jalan darat. Saya bersama suami naik satu mobil, sedangkan ibu, adik bungsu, dan bude naik mobil lainnya. Dua mobil dirasa cukup berhubung barang saya banyaaaaakkkk. Saya lebih sering tidur selama perjalanan, tetapi sangat penasaran dengan jalanan seperti apa yang akan saya tempuh. Jalanannya memang berliku dan penuh belokan tajam. Kanan kiri hanya ada hutan. Namun, soal makanan tidak masalah karena suami mengajak kami ke Tahu Sumedang di ruas jalan Balikpapan - Samarinda. Tahunya enak!!! Saya langsung merasa berada di Sumedang karena tahunya enak banget!
Hello, Bontang!!
Tiba di Bontang lewat tengah malam, kami langsung menuju rumah yang nanti akan saya tinggali bersama suami. Ibu dan bude saya melakukan beberapa ritual adat Jawa yang dipercaya baik sebelum kita memasuki sebuah rumah kosong. Alhamdulillah, bapak mertua saya sudah menyiapkan rumah dengan sangat baik. Rumah tersebut memiliki tiga kamar, dan masih ada halaman yang cukup luas di depan dan belakang. Rumah sudah bersih dan cukup asri. Ada dua pohon mangga gadung di belakang. Beberapa perabot rumah tangga standar sudah tersedia. Malam itu, ibu dan bude saya menginap di situ, sementara saya dan adik ke rumah mertua di komplek perumahan karyawan PKT.
Rabu pagi, ibu mertua mengajak kami keliling kota Bontang, disambung oleh suami. Bontang ternyata lebih besar dari yang saya kira sebelumnya. Semula saya mengira Bontang 'hanya' sebesar Rembang atau Cianjur. Ternyata Bontang lebih cocok disandingkan dengan Sukabumi. Dengan semboyan Bontang Kota Taman, Bontang memang tertata rapi dan apik. Di beberapa ruas jalan, terutama sekitar komplek perumahan PKT, pohon-pohon tinggi masih tegak berdiri, sehingga membuat suasana menjadi asri dan segar. Kontur tanah Bontang yang berbukit, justru menjadi ciri khas Bontang. Udara Bontang terbilang panas, tetapi di malam hari lebih sejuk, sehingga nyaman untuk tidur :)
Urusan perut!
Hari Kamis setelah mengadakan pengajian di rumah baru, saya dan suami bertamu ke tetangga, khususnya tiga tetangga terdekat kami. Di lingkungan rumah kami, hanya kami yang terhitung pasangan muda. Lainnya kebanyakan sudah seumuran orang tua saya. Selain itu, di sekitar rumah kami juga ada pujasera dan pasar, sehingga urusan perut sudah pasti aman sentosa. Apalagi banyak penjual di sana berasal dari tanah Jawa. Wah, saya pastikan perut saya akan bahagia luar biasa karena hampir semua makanan cocok di lidah dan nyaman di perut :D Lalu, Bontang terkenal dengan seafood. Jumat malam, kami diajak makan ke Melati, yang menyajikan seafood. Kepiting saus padangnya luar biasa enak!!! Walaupun harus berjuang untuk memakannya, saya tetap suka! Apalagi sausnya heemmm................bikin ngiler deh!
Mari berhitung!
Sejauh ini, saya mencoba berhitung berapa banyak nikmat yang saya peroleh sejak saya tiba di Bontang. Mertua yang baik, rumah yang apik, kota yang menyenangkan, dan lingkungan yang nyaman. Insya Allah saya betah tinggal di sini :)
Sembari menunggu kabar dari sekolah tempat saya melamar kerja, saya menyibukkan diri dengan mengurus suami dan mondok dulu di rumah mertua, serta memenuhi isi rumah saya. Kami belum pindah ke rumah karena masih bulan Suro/Muharram. Orang Jawa bilang, bulan Suro kurang baik untuk acara-acara besar, termasuk pindah rumah. Jadi, kami harus menunggu sampai bulan Suro habis, baru pindah ke rumah.
Mudah-mudahan semuanya berjalan lancar ya!
Saya percaya saya bisa tinggal di kota ini, dan memulai hidup berumah tangga sebenarnya bersama suami. Doakan saya! :)
Bye, Jakarta!!
Ucapan perpisahan dengan kota Jakarta pada hari Selasa lalu sukses membuat saya mewek sepanjang penerbangan Jakarta-Balikpapan. Yah, bukan menangisi kota Jakarta semata, tetapi menangisi perpisahan jarak dengan rumah dan keluarga saya. Apalagi setelah mengantar sampai bandara, Kiky - adik saya, menyebut saya dalam tweet-nya, bahwa ia akan merindukan saya. Jelas, air mata saya tak bisa mengalah pada keinginan menahan tangis. Pun saat pesawat segera berangkat, saya hanya bisa memeluk suami erat-erat untuk meredam tangis. Namun, waktu tak bisa berhenti, dan membawa saya sampai ke Balikpapan pada Selasa sore.
Hey, Borneo!
Perjalanan Balikpapan-Bontang saya tempuh melalui jalan darat. Saya bersama suami naik satu mobil, sedangkan ibu, adik bungsu, dan bude naik mobil lainnya. Dua mobil dirasa cukup berhubung barang saya banyaaaaakkkk. Saya lebih sering tidur selama perjalanan, tetapi sangat penasaran dengan jalanan seperti apa yang akan saya tempuh. Jalanannya memang berliku dan penuh belokan tajam. Kanan kiri hanya ada hutan. Namun, soal makanan tidak masalah karena suami mengajak kami ke Tahu Sumedang di ruas jalan Balikpapan - Samarinda. Tahunya enak!!! Saya langsung merasa berada di Sumedang karena tahunya enak banget!
Hello, Bontang!!
Tiba di Bontang lewat tengah malam, kami langsung menuju rumah yang nanti akan saya tinggali bersama suami. Ibu dan bude saya melakukan beberapa ritual adat Jawa yang dipercaya baik sebelum kita memasuki sebuah rumah kosong. Alhamdulillah, bapak mertua saya sudah menyiapkan rumah dengan sangat baik. Rumah tersebut memiliki tiga kamar, dan masih ada halaman yang cukup luas di depan dan belakang. Rumah sudah bersih dan cukup asri. Ada dua pohon mangga gadung di belakang. Beberapa perabot rumah tangga standar sudah tersedia. Malam itu, ibu dan bude saya menginap di situ, sementara saya dan adik ke rumah mertua di komplek perumahan karyawan PKT.
Rabu pagi, ibu mertua mengajak kami keliling kota Bontang, disambung oleh suami. Bontang ternyata lebih besar dari yang saya kira sebelumnya. Semula saya mengira Bontang 'hanya' sebesar Rembang atau Cianjur. Ternyata Bontang lebih cocok disandingkan dengan Sukabumi. Dengan semboyan Bontang Kota Taman, Bontang memang tertata rapi dan apik. Di beberapa ruas jalan, terutama sekitar komplek perumahan PKT, pohon-pohon tinggi masih tegak berdiri, sehingga membuat suasana menjadi asri dan segar. Kontur tanah Bontang yang berbukit, justru menjadi ciri khas Bontang. Udara Bontang terbilang panas, tetapi di malam hari lebih sejuk, sehingga nyaman untuk tidur :)
Kota Bontang |
Urusan perut!
Hari Kamis setelah mengadakan pengajian di rumah baru, saya dan suami bertamu ke tetangga, khususnya tiga tetangga terdekat kami. Di lingkungan rumah kami, hanya kami yang terhitung pasangan muda. Lainnya kebanyakan sudah seumuran orang tua saya. Selain itu, di sekitar rumah kami juga ada pujasera dan pasar, sehingga urusan perut sudah pasti aman sentosa. Apalagi banyak penjual di sana berasal dari tanah Jawa. Wah, saya pastikan perut saya akan bahagia luar biasa karena hampir semua makanan cocok di lidah dan nyaman di perut :D Lalu, Bontang terkenal dengan seafood. Jumat malam, kami diajak makan ke Melati, yang menyajikan seafood. Kepiting saus padangnya luar biasa enak!!! Walaupun harus berjuang untuk memakannya, saya tetap suka! Apalagi sausnya heemmm................bikin ngiler deh!
Kepiting saos padang *slurrrpppp* |
Sejauh ini, saya mencoba berhitung berapa banyak nikmat yang saya peroleh sejak saya tiba di Bontang. Mertua yang baik, rumah yang apik, kota yang menyenangkan, dan lingkungan yang nyaman. Insya Allah saya betah tinggal di sini :)
Sembari menunggu kabar dari sekolah tempat saya melamar kerja, saya menyibukkan diri dengan mengurus suami dan mondok dulu di rumah mertua, serta memenuhi isi rumah saya. Kami belum pindah ke rumah karena masih bulan Suro/Muharram. Orang Jawa bilang, bulan Suro kurang baik untuk acara-acara besar, termasuk pindah rumah. Jadi, kami harus menunggu sampai bulan Suro habis, baru pindah ke rumah.
Mudah-mudahan semuanya berjalan lancar ya!
Saya percaya saya bisa tinggal di kota ini, dan memulai hidup berumah tangga sebenarnya bersama suami. Doakan saya! :)
No comments: