Hello again!!
Tujuh hari kerja plus dua hari weekend sudah lewat. Minggu lalu saya sibuk mempersiapkan diri untuk bekerja di SMP YPK, Bontang sebagai guru BP. Ditambah lagi kesibukan luar biasa untuk jadi pengantin lagi pada Minggu malam lalu. Namun, semua kesibukan itu membuat saya lebih semangat. Akhirnya, saya punya aktivitas sendiri di Bontang! :)
Pagi, Ibu Dita!
Saya sudah mulai terbiasa dipanggil-panggil oleh para murid 'Ibu Dita.' Dulu saat wara-wiri di almamater saya, Santa Ursula BSD saya minta dipanggil 'Kak Dita' oleh murid. Habis, masih merasa terlalu 'matang' untuk dipanggil ibu. Lagipula, saya hanya datang sesekali saja ke sekolah dan juga status saya sebagai alumni. Namun, di SMP YPK, saya berstatus sebagai guru. Jadi, saya adalah Ibu Dita.
Setiap masuk mengajar di kelas-kelas, saya mulai dengan menuliskan nama lengkap, nama di FB, dan email. Rupanya memang FB itu teman sehari-hari setiap orang, termasuk para murid. Sehari setelah jadi guru, FB saya dipenuhi friend request dari murid-murid. Jumlah teman saya jadi bertambah signifikan, dan sebagian besar diisi oleh murid-murid. Hmm...hitung-hitung saya jadi mulai menghapal wajah murid saya lewat FB. Mudah-mudahan cepat hapal ya!!
Jadi manten lagi!
Minggu malam, 9 Januari 2011 saya jadi manten untuk ketiga kalinya. Kali ini menggunakan adat Palembang, karena mertua adalah orang Palembang. Apalagi, saya dan suami sama-sama anak pertama. Pesta meriah di Jakarta dan Bontang menjadi kado istimewa bagi kami berdua. Dalam acara resepsi di Bontang, saya diminta untuk menari tari Pagar Pengantin. Waduh, saya berpikir, yang benar saja menari. Seumur-umur saya belum pernah menari tarian tradisional. Tari jaipong saja nggak bisa, apalagi mesti menari di atas piring.....
Tetapi, karena acara ini Insya Allah hanya satu kali seumur hidup, saya merasa sanggup. Kan saya juga latihan lho....meskipun cuma 4 kali, ditambah 1 kali gladi bersih. Kata Tante Gani, perias manten, pede aja, berasa jago menari aja. Fyi, saya menari di hadapan ratusan undangan!!!! Kostumnya juga nggak main-main! Baju kurung dari bahan beludru yang dijejali logam-logam, songket benang emas, ditambah mahkota tiga tingkat! Wuiiihhh....................dan semua orang spontan bertanya, "berat nggak?" Saya hanya menjawab sambil senyum, "harus ikhlas, pamali ngomong begitu."
Pagi, Ibu Dita!
Saya sudah mulai terbiasa dipanggil-panggil oleh para murid 'Ibu Dita.' Dulu saat wara-wiri di almamater saya, Santa Ursula BSD saya minta dipanggil 'Kak Dita' oleh murid. Habis, masih merasa terlalu 'matang' untuk dipanggil ibu. Lagipula, saya hanya datang sesekali saja ke sekolah dan juga status saya sebagai alumni. Namun, di SMP YPK, saya berstatus sebagai guru. Jadi, saya adalah Ibu Dita.
Setiap masuk mengajar di kelas-kelas, saya mulai dengan menuliskan nama lengkap, nama di FB, dan email. Rupanya memang FB itu teman sehari-hari setiap orang, termasuk para murid. Sehari setelah jadi guru, FB saya dipenuhi friend request dari murid-murid. Jumlah teman saya jadi bertambah signifikan, dan sebagian besar diisi oleh murid-murid. Hmm...hitung-hitung saya jadi mulai menghapal wajah murid saya lewat FB. Mudah-mudahan cepat hapal ya!!
SMP YPK, Bontang |
Jadi manten lagi!
Minggu malam, 9 Januari 2011 saya jadi manten untuk ketiga kalinya. Kali ini menggunakan adat Palembang, karena mertua adalah orang Palembang. Apalagi, saya dan suami sama-sama anak pertama. Pesta meriah di Jakarta dan Bontang menjadi kado istimewa bagi kami berdua. Dalam acara resepsi di Bontang, saya diminta untuk menari tari Pagar Pengantin. Waduh, saya berpikir, yang benar saja menari. Seumur-umur saya belum pernah menari tarian tradisional. Tari jaipong saja nggak bisa, apalagi mesti menari di atas piring.....
Tetapi, karena acara ini Insya Allah hanya satu kali seumur hidup, saya merasa sanggup. Kan saya juga latihan lho....meskipun cuma 4 kali, ditambah 1 kali gladi bersih. Kata Tante Gani, perias manten, pede aja, berasa jago menari aja. Fyi, saya menari di hadapan ratusan undangan!!!! Kostumnya juga nggak main-main! Baju kurung dari bahan beludru yang dijejali logam-logam, songket benang emas, ditambah mahkota tiga tingkat! Wuiiihhh....................dan semua orang spontan bertanya, "berat nggak?" Saya hanya menjawab sambil senyum, "harus ikhlas, pamali ngomong begitu."
Raja dan Ratu Palembang semalam |
Bersama adik-adik saya, ganteng-ganteng kan? |
Saking tingginya mahkota yang saya pakai, saya sampai harus menunduk sepanjang perjalanan dari rumah ke gedung. Kalau saya duduk tegak, mahkota saya pasti nyangkut. Alhamdulillah, waktu beraksi di depan para undangan, saya tampil pede. Kata orang-orang sih, saya sudah cukup luwes. Cocoklah jadi mantu wong kito galo! :D
Alhamdulillah juga, pesta resepsi berjalan lancar. Banyak undangan yang hadir. Kata rekan-rekan guru, parkiran mobil penuh sekali. Sementara suami saya bilang, kami sudah berjabat tangan dengan orang-orang sekota Bontang. Bahkan, sampai Bapak Wakil Walikota pun hadir. Waaahhh............memang sih saya agak speechless juga waktu pesta kemarin. Tamunya berdatangan dari mana-mana. Sampai hampir tidak ada jeda untuk istirahat sejenak. Sekali lagi, saya menikmati jadi ratu sehari di Bontang :)
Atraksi saya saat menari *joged* |
Syukurlah, kehidupan baru saya di Bontang berjalan cukup lancar sejauh ini. Awal tahun 2011 membawa banyak berkah untuk saya dan suami. Insya Allah, minggu ini kami akan pindah rumah, jadi lebih cepat belajar mandiri. Takut keenakan kalau lama-lama di rumah mertua, hehehehe.
Semua berkah itu membuat saya merenung....
Hidup memang perlu direncanakan, sehingga kita punya tujuan dan target yang jelas. Kalau kata band Armada, mau dibawa ke mana nih. Kita tidak hanya hidup untuk hari ini, tetapi juga untuk masa depan. Apa yang kita lakukan hari ini akan berdampak pada fase-fase kehidupan kita berikutnya. Meskipun begitu, saya percaya, hidup akan terasa lebih indah jika kita menikmati setiap detik yang kita punya!
Carpediem!
Seize the day!
this is soo kerrreeennnnn
ReplyDeletehehehe makasih mbak :D
Delete