Mendekati hari kelahiran si baby, semakin banyak hal yang harus dipikirkan, direncanakan, dimatangkan, dan dilakukan. Salah satu isu yang paling penting sedunia versi saya adalah soal pembantu alias ART (asisten rumah tangga). Isu ini bikin saya pusing tujuh keliling sampai detik ini.
Selama hampir setahun menikah, saya dan suami terbiasa tinggal di rumah hanya berdua. Urusan rumah tangga biasanya ditumpuk pada akhir pekan karena kami bekerja. Pulang kerja ya tinggal istirahat, leyeh-leyeh sambil mesra-mesra hehehe. Sehari-hari pun saya jarang masak, lebih sering beli makan di luar. Maklum cuma berdua, urusan perut lebih simpel kalau beli masakan matang. Kalau masak, energi untuk memasak akan bertambah, belum lagi nyuci piringnya. Ehem, tapi Sabtu-Minggu saya masak kok. Urusan cuci-seterika, kami mengandalkan tenaga Mbak Bugis, panggilan untuk si Mbak yang menangani urusan itu. Mbak Bugis sudah diminta untuk mengurus cuci-seterika pakaian kami oleh ibu mertua saya. Mbak Bugis ini perkasa banget! Badan boleh kecil tapi tenaga besar. Hasil kerjanya juga rapi dan bersih. Orangnya pun jujur. Mbak Bugis nggak datang setiap hari, rata-rata tiga hari seminggu, dengan hari yang tak tentu. Maklum, selain mengurus di rumah kami, Mbak Bugis juga mengurus di tempat lain.
Nah, semua rutinitas yang sudah dilakoni setahun ini pasti akan berubah total ketika si baby lahir. Apalagi saya juga tetap bekerja. Setelah izin melahirkan nanti habis, bagaimana dengan si baby? Dia sama siapa? Lalu bagaimana dengan soal kebersihan rumah dan acara cuci mencuci pakaian si baby?
Serentetan pertanyaan masih belum terjawab.
Kemarin Mama sudah menawarkan anak yang penjaga rumah keluarga di Sukabumi. Memang mereka sekeluarga sudah ikut kami sangat lama, saya pun kenal dengan anak itu. Sekarang usianya sudah remaja, sudah lulus SMP. Namun, pemikiran saya dan suami: apakah ia akan betah? Ini Bontang lho, bukan Jakarta. Saya sih nggak kebayang kalau suatu saat dia nggak betah dan minta pulang. Selain itu, kami yang selama ini terbiasa berdua saja di rumah, rasanya akan agak canggung saat ada orang lain menginap di rumah. Meskipun saya sadar betul, dengan adanya orang yang bisa bantu-bantu di rumah, pasti urusan rumah tangga bakal beres. Saya juga mengamati anak itu kalau sedang di Sukabumi, sudah cukup bisa diandalkan untuk urusan beres-beres rumah. Namun, rasanya kok deg-degan yang menitipkan si baby padanya, mengingat ia masih minim pengalaman. Nggak berniat meremehkan, tetapi perasaan khawatir wajar kan...
Masih dilema nih untuk saya. Dan saya menceritakan ini di blog juga karena ingin merenungkan sekali lagi, jadi nggak ya meminta dia ikut saya? Sambil menulis pun, saya sambil berpikir panjang lebar, menimbang plus minusnya.
Memikirkan hal ini membuat saya agak terperangah dan menyatakan diri bahwa saya memang sudah jadi emak-emak. Mulai memikirkan banyak hal terkait urusan rumah dan keluarga. Padahal, tahun lalu saat menikah nggak pernah menyangka akan berpikir sampai sejauh ini. Sampai tahun lalu, saya masih sibuk mengurus diri sendiri saja. Tahun ini saya wajib mengurus suami dan si baby nanti.
Time change us, huh?
Hmmm, saya sih ingin jadi emak-emak yang funky! Boleh ribet mikirin plus mengurus rumah dan keluarga, tapi tetap ngefans Super Junior! Hihihihi :D
I'm the next Super Mom! :D |