Wednesday, November 30, 2011

Never thought about this before!

Mendekati hari kelahiran si baby, semakin banyak hal yang harus dipikirkan, direncanakan, dimatangkan, dan dilakukan. Salah satu isu yang paling penting sedunia versi saya adalah soal pembantu alias ART (asisten rumah tangga). Isu ini bikin saya pusing tujuh keliling sampai detik ini. 

Selama hampir setahun menikah, saya dan suami terbiasa tinggal di rumah hanya berdua. Urusan rumah tangga biasanya ditumpuk pada akhir pekan karena kami bekerja. Pulang kerja ya tinggal istirahat, leyeh-leyeh sambil mesra-mesra hehehe. Sehari-hari pun saya jarang masak, lebih sering beli makan di luar. Maklum cuma berdua, urusan perut lebih simpel kalau beli masakan matang. Kalau masak, energi untuk memasak akan bertambah, belum lagi nyuci piringnya. Ehem, tapi Sabtu-Minggu saya masak kok. Urusan cuci-seterika, kami mengandalkan tenaga Mbak Bugis, panggilan untuk si Mbak yang menangani urusan itu. Mbak Bugis sudah diminta untuk mengurus cuci-seterika pakaian kami oleh ibu mertua saya. Mbak Bugis ini perkasa banget! Badan boleh kecil tapi tenaga besar. Hasil kerjanya juga rapi dan bersih. Orangnya pun jujur. Mbak Bugis nggak datang setiap hari, rata-rata tiga hari seminggu, dengan hari yang tak tentu. Maklum, selain mengurus di rumah kami, Mbak Bugis juga mengurus di tempat lain. 

Nah, semua rutinitas yang sudah dilakoni setahun ini pasti akan berubah total ketika si baby lahir. Apalagi saya juga tetap bekerja. Setelah izin melahirkan nanti habis, bagaimana dengan si baby? Dia sama siapa? Lalu bagaimana dengan soal kebersihan rumah dan acara cuci mencuci pakaian si baby? 

Serentetan pertanyaan masih belum terjawab. 
Kemarin Mama sudah menawarkan anak yang penjaga rumah keluarga di Sukabumi. Memang mereka sekeluarga sudah ikut kami sangat lama, saya pun kenal dengan anak itu. Sekarang usianya sudah remaja, sudah lulus SMP. Namun, pemikiran saya dan suami: apakah ia akan betah? Ini Bontang lho, bukan Jakarta. Saya sih nggak kebayang kalau suatu saat dia nggak betah dan minta pulang. Selain itu, kami yang selama ini terbiasa berdua saja di rumah, rasanya akan agak canggung saat ada orang lain menginap di rumah. Meskipun saya sadar betul, dengan adanya orang yang bisa bantu-bantu di rumah, pasti urusan rumah tangga bakal beres. Saya juga mengamati anak itu kalau sedang di Sukabumi, sudah cukup bisa diandalkan untuk urusan beres-beres rumah. Namun, rasanya kok deg-degan yang menitipkan si baby padanya, mengingat ia masih minim pengalaman. Nggak berniat meremehkan, tetapi perasaan khawatir wajar kan...

Masih dilema nih untuk saya. Dan saya menceritakan ini di blog juga karena ingin merenungkan sekali lagi, jadi nggak ya meminta dia ikut saya? Sambil menulis pun, saya sambil berpikir panjang lebar, menimbang plus minusnya. 

Memikirkan hal ini membuat saya agak terperangah dan menyatakan diri bahwa saya memang sudah jadi emak-emak. Mulai memikirkan banyak hal terkait urusan rumah dan keluarga. Padahal, tahun lalu saat menikah nggak pernah menyangka akan berpikir sampai sejauh ini. Sampai tahun lalu, saya masih sibuk mengurus diri sendiri saja. Tahun ini saya wajib mengurus suami dan si baby nanti.

Time change us, huh?

Hmmm, saya sih ingin jadi emak-emak yang funky! Boleh ribet mikirin plus mengurus rumah dan keluarga, tapi tetap ngefans Super Junior! Hihihihi :D

I'm the next Super Mom! :D



Monday, November 21, 2011

Waiting for a miracle(10): 8 weeks to go!

Akhir pekan kemarin jadi akhir pekan paling menyenangkan untuk saya. Selain karena Mama datang dengan sejumlah oleh-oleh (ada makanan dan juga perlengkapan bayi), saya juga sudah kontrol lagi ke dokter. Salah satu tujuan Mama datang ke Bontang juga untuk kenalan dan ngobrol panjang lebar dengan dr. Rachmad. Jadilah, saat kontrol kemarin Mama yang lebih heboh dan banyak bertanya daripada saya, hehehehe.

Apa kabar si baby?
Kata dokter, beratnya sudah 1,5 kg. Wooohooo, kamu sudah besar! Semakin jelas juga apa jenis kelaminnya, dokter sudah menunjukkannya pada Mama. Hello, Ilham Junior! :) Alhamdulillah semua kondisi normal dan bagus. Detak jantungnya juga semakin hebooooohhhh! I love it!

Saya juga sudah harus menghitung berapa gerakan baby setiap harinya, dimulai dari pukul 8 pagi sampai dengan pukul 8 malam. Biasanya, si baby ini aktif luar biasa saat pagi dan sore. Saya suka kagum melihat bagaimana perut saya 'benjol' sana-sini dan betapa kuatnya dia menendang. Entah menendang, salto, menyikut, atau menyundul. Hmm...mau jadi pemain bola ya, Nak? 
Untuk mencatat gerakan si baby, saya menggunakan aplikasi Kickberry, bisa diunduh di sini

Tampilan Kickberry di blackberry | dipinjam di sini

Sayangnya, saya juga sedang dalam kondisi flu. Jadilah harus banyak istirahat. Migrain dua hari berturut-turut ditambah hidung mampet dan tenggorokan gatal betul-betul nggak enak. Tubuh juga mulai cepat lelah, bahkan meski hanya duduk seharian. Posisi paling enak cuma satu: tiduran miring ke kiri!

Oya, perkiraan tanggal operasi belum ditentukan. Namun, kemungkinan besar akan lahir pada sekitar pertengahan Januari atau tanggal 20-an Januari, tepat pada usia 38 minggu. Yup, saya memang sudah direncanakan untuk caesar karena dengan minus mata tinggi, dokter tidak berani mengambil resiko untuk persalinan normal. Saya pun hanya bisa pasrah karena memang tidak ada pilihan lain. Selain itu, saya juga masih menunggu kabar dari suster untuk jadwal kelas hypnobirthing. Meskipun saya akan melahirkan secara operasi, dokter tetap menyarankan ikut kelas hypnobirthing supaya saat persalinan nanti saya lebih santai dan tenang.

Nah, setelah bertemu dengan dokter, Mama saya tampak lebih tenang dan lega. Maklumlah, seumur-umur Mama tinggal di kota besar, sehingga ketika saya memutuskan untuk melahirkan di Bontang pun Mama merasa harus memastikan semuanya aman dan baik. Namanya juga seorang ibu, kan tetap menginginkan yang terbaik untuk anak dan cucunya. Karena itu pula, soal perlengkapan bayi, Mama dan Papa pun sudah sangat siap. Ya, orang tua saya sangat senang menyambut cucu pertamanya, sehingga apa saja yang bisa dibeli untuk si baby, dibelikan! Apalagi di Jakarta lebih mudah mencarinya. Sepertinya Mama punya hobi baru nih, keluar masuk Mothercare! Jadi, bukan cuma saya saja dong, hehehe. Alhamdulillah, ini rejeki kamu, baby! ;) 
Om Gilang beraksi!
Ini sebagian perlengkapan bayi yang sudah dibeli
Kontrol berikutnya dijadwalkan pada tanggal 19 Desember. Berarti hari persalinan sudah semakin dekat ya, nak! Delapan? Ya, delapan minggu lagi kita akan segera bertemu, baby! Sehat-sehat ya, Boy! :*
 

Wednesday, November 16, 2011

Oleh-oleh dari konser 2PM di Jakarta

Sebetulnya sudah lama sekali saya tidak mengikuti perkembangan 2PM. Mereka mengeluarkan album baru pun saya tidak segera mencari tahu. Sampai ketika tersiar kabar 2PM akan konser di Jakarta. Wah! Membayangkan Nichkhun saja mata saya sudah berbinar-binar. Ternyata eh ternyata, dua orang teman SMA saya yang penggila KPop menonton konser 2PM di Jakarta minggu lalu. Kehebohan persiapan mereka di twitter pun terbaca oleh saya. Pengen nonton juga? Iyalah! Itu lho, aksi Nichkhun nggak boleh terlewatkan begitu saja. Namun, pastinya ini mustahil saya lakukan, mengingat saya jaaaaauuuuh sekali dari Jakarta. Akhirnya, special request pun saya ajukan pada teman saya: foto Nichkhun! 

Foto-foto ini diambil oleh Khamilla Randie yang berbaik hati memfoto semua pose Khun di layar lebar, sampai lupa mengambil foto personil 2PM lainnya hihihihihi.
It's him! Khunnie!!! <3
Awww...pipi Khun bersemu merah!
Lalu saya juga menelusuri fancam 2PM di youtube. Uwoooooooooo.............banyak banget!!! Ini beberapa video yang saya suka dan sukses bikin saya meleleh.....
Saya lagi suka lagu I Can't! :*





All videos taken with full credits from thaal07

Monday, November 14, 2011

Waiting for a miracle(9): Halo trimester tiga!

Wow! Rasanya amazing setiap melihat pregnancy ticker  pada blog saya. Sekarang kehamilan saya memasuki usia 29 minggu, kira-kira kurang 77 hari menuju HPL (Hari Perkiraan Lahir).

Alhamdulillah. Sudah semakin dekat dengan hari H, berarti sudah semakin banyak hal yang harus dilakukan. Perlengkapan bayi sudah hampir semuanya dapat (terima kasih untuk Eyang Uti dan Atung si baby, alias orang tua saya yang begitu bersemangat belanja! Padahal, saya saja santai, hehehe). Beberapa barang di rumah juga semakin mengakomodasi kehamilan saya (ehm, spring bed dan kloset duduk yang sudah terpasang manis di tempat seharusnya, terima kasih untuk Ayah dan Ami). 

Hebatnya, suami saya semakin sabar menghadapi saya yang semakin rewel dan banyak mengeluh ini itu. Jagoan banget deh suamiku! :*

Keluhan apa saja sih?
Banyak, apalagi dengan kondisi perut semakin membesar. Keluhan seperti ini pun sudah jadi santapan sehari-hari.

  • Sakit punggung dan sakit pinggang. Belakangan semakin menjadi. Duduk terlalu lama bikin punggung nyeri dan pinggang pegal! Memang sudah waktunya untuk memulai senam hamil nih!
  • Nafas pendek dan sesak. Saya punya riwayat asma, tetapi saat dicek ke dokter yang menangani saya sejak kecil, semuanya dalam kondisi baik. Ya, tetapi ketika perut semakin membesar dan menekan dada, ditambah punggung yang mudah terasa nyeri, nggak heran rasa sesak kian sering. Ditambah jika cuaca sedang panas luar biasa. Pengap dan sesak. Berkali-kali menarik nafas panjang pun jadi solusi, kecuali jika memang parah sekali barulah Ventolin beraksi. 
  • Mudah berkeringat dingin, terutama jika berdiri terlalu lama. Itulah sebabnya saya sudah dua minggu ini absen upacara hari Senin. Nggak kuat berdiri lama. Lebih sering berakhir dengan keringat dingin dan mau pingsan. Mending saya duduk - berdiri - duduk - berdiri saja deh.
  • Gampang berkeringat. Mau AC di ruang kelas sedingin apapun, pasti saya tetap gemerobyos alias mandi keringat setiap selesai mengajar. Jadilah ke mana-mana saya selalu mengandalkan kipas!
  • Terpaksa mengajar di kelas sambil duduk. Dulu saya lebih suka mengajar sambil berdiri atau berjalan-jalan. Sekarang, saya hanya sanggup duduk. Itu pun kadang membuat suara saya tidak bisa selantang biasanya. Susahnya lagi, produksi suara juga terhambat oleh kesulitan bernafas dengan baik. Jadi, ngos-ngosan di tengah-tengah pelajaran adalah hal biasa. 
  • Harus mengurangi kehebohan memasak. Sampai sekarang saya masih suka memasak. Saat memasak saya suka lupa kalau saya sedang hamil (sampai si baby perlu menendang kuat-kuat untuk mengingatkan), sehingga saya terlalu bersemangat. Setelah selesai memasak, barulah saya merasa sangaaaaaaaaattttt capek! Bahkan, sampai berkeringat dingin dan kliyengan. Kalau sudah begitu, saya pun terpaksa menyusun ulang rencana masak besar dan cukup masak yang mudah-mudah saja. Eh, tapi tetap enak kok rasanya. Boleh dicek pada suami ;)
Sampai usia kehamilan 29 minggu, berat badan saya sudah naik 10 kg. Jangan tanya jadi berapa ya sekarang. Beberapa orang mengatakan, perubahan bentuk tubuh saya lebih banyak di perut yang semakin membuncit. Saya sendiri sih merasa selain perut, paha dan tangan saya juga semakin membesar. Namun, beberapa pakaian sewaktu belum hamil masih ada yang muat, paling hanya sedikit mengetat di bagian perut. Bagian lainnya masih aman :D

Akhir minggu ini saya akan kontrol ke dokter lagi, bersama suami dan Mama (iya, Mama saya mau ke sini!). Semoga hasilnya bagus dan si baby sehat selalu sampai tiba waktunya brojol nanti! 

29 minggu :)

Sunday, November 06, 2011

Waiting for A Miracle(8): Masih bingung cari nama

Mencari sebuah nama tidak semudah yang saya kira. Masih ingat post saya tentang utak-atik nama?
Dua bulan sejak saat itu pun saya dan suami belum mencapai kata sepakat soal nama bayi kami ini. 
Tambahan buku nama dan beberapa rangkaian nama bikinan Papa juga belum membuahkan hasil. 
Aih, memang memilih nama untuk bayi tidak segampang memilih nama tokoh utama dalam cerpen ya.

Satu lagi, rasanya memilih nama anak laki-laki lebih sulit daripada anak perempuan. Ini menurut saya lho.
Walaupun suami bilang, nanti juga akan ketemu. Toh si baby masih punya waktu dua bulan lagi sebelum dia lahir. Iya sih, tapi memilih nama tetaplah sulit. Apalagi nama yang akan disandang anak seumur hidup. Nama yang juga membawa doa dan harapan setiap orang tua. 

Memilih sekian nama dari begitu banyak nama di dunia ini saja sudah sulit, apalagi menentukan nama mana yang layak disematkan pada si baby. Hampir setiap malam saat bersantai dengan suami, nama menjadi bahan diskusi kami, dan saya lebih banyak memilih nama ini dan itu. Suami bagian menyeleksi. Saya suka nama A,B, C, dst, maka suami akan memilih dan mempersempit pilihan kami menjadi tinggal empat atau lima nama saja.

Kami memulainya dari nama panggilan. Setiap saya melontarkan nama tertentu, suami akan memutuskan 'dipertimbangkan' atau 'aneh.' Kalau jawaban 'aneh' yang terlontar dari suami, artinya tidak. Biasanya, kami juga akan membahas nama dengan meruntut pada nama-nama orang yang kami tahu, temui, atau kenal sepanjang hidup kami. Ujung-ujungnya sih, jadi membahas bagaimana karakter si pemilik nama tersebut, hehehe. 

Nah, jadi saya sudah punya berapa calon nama? 
Banyak. Namun, untuk nama panggilan saya sudah punya beberapa nama jagoan. Entah kenapa pilihan saya selalu jatuh pada nama yang mengandung huruf R, entah di depan, di tengah, atau di akhir. Kebanyakan nama pilihan saya juga selalu berima A. Nggak tahu juga, saya lebih suka nama berima A, seperti nama saya dan nama suami, hehehe. Membaca pilihan nama saya, semuanya selalu berakhiran A, jarang sekali yang berakhiran huruf vokal lainnya. Sejauh ini pun, pilihan nama saya tetap berbau Indonesia atau Sansekerta. 

Masih ada sekitar dua bulan lagi. Doakan kami segera mendapat pencerahan untuk nama si baby! :)

Antologi Rasa: bagaimana mencampuradukkan cinta dan persahabatan

Ini pertama kalinya saya membaca novel Ika Natassa. Sejak demam chicklit merambah dunia perbukuan Indonesia, dan sejak Gramedia menerbitkan novel-novel bergenre Metropop, saya jarang sekali menemukan novel yang benar-benar membuat saya ketagihan membaca hingga halaman terakhir. 

Selama ini, hanya novel Sitta Karina yang selalu berhasil membius saya hingga halaman terakhir, bahkan sampai tidak rela ceritanya habis. Kalaupun ada yang lain, pilihan saya jatuh pada Travelers' Tale - Belok Kanan: Barcelona (karya keroyokan Adhitya Mulya, Ninit Yunita, Alaya Setya, dan Imam Hidayat). Setelah sekian tahun absen membaca genre Metropop, saya pun terpesona dengan Antologi Rasa. 

Sebenarnya, saat berada di Gramedia di PIM, saya sempat menimang-nimang buku ini. Namun, saya belum tergerak untuk membelinya. Sinopsisnya tidak begitu menggoda dan saya belum pernah membaca novel Ika Natassa. Sampai saya sedang memilih buku di Buka Buku, saya pun memesan Antologi Rasa, bersama buku merawat bayi dan komik Skip Beat. 

Saya baru membuka halaman pertama buku itu setelah selesai mengajar di sekolah. Dalam waktu hampir satu setengah jam, saya sudah melahap 1/3 isi buku.Wah! Saya pun tergoda untuk menyelesaikannya malam itu juga.



Antologi Rasa bercerita tentang cinta dan persahabatan antara Keara, Harris, Rully, dan Denise. Keempat orang ini dipertemukan dalam sebuah dunia kerja di bidang banker. Kedekatan mereka berawal ketika mereka  ditempatkan di daerah yang sama di Pulau Sumatera. Siapa sangka, persahabatan itu ternyata diwarnai rasa cinta antara mereka. Cinta segiempat! 

Keara jatuh cinta setengah mati pada Rully (dan menganggap Rully sebagai satu-satunya pria yang tak bisa ia taklukan hatinya, sementara Keara punya reputasi sebagai perempuan yang penuh pesona. Hampir semua laki-laki takluk padanya, kecuali satu nama: Rully).

Rully yang mati-matian merawat cintanya pada Denise, sementara Denise sudah menikah dan mengalami permasalahan dengan suami yang selingkuh (Rully menahan diri untuk tidak menghantam Kemal, suami Denise).

Harris yang menahbiskan Keara sebagai 'cinta gue' dan jatuh cinta pada pandangan pertama sejak mereka bertemu di lift (Harris ini sebelas duabelas dengan Keara, playboy yang bisa meluluhkan hati setiap perempuan, kecuali Keara tentu saja).

Konflik bergulir antara Keara-Harris-Rully. Pada bagian awal novel, lebih banyak mengungkap cerita perjalanan Keara dan Harris ke Singapore, yang berakhir bencana bagi persahabatan mereka. Tengah novel mengungkap banyak kisah antara Keara dan Rully. Bagian akhir novel menentukan arah persahabatan mereka: apa yang dialami Denise, dampaknya bagi hubungan Keara dan Rully, serta bagaimana Harris bertahan dengan apa yang ia impikan: cinta Keara.

Alur novel ini maju-mundur. Ika Natassa dengan cerdas meramu sudut pandang tiga tokoh utama: Keara-Harris-Rully. Dalam satu adegan pun bisa dengan mudah berganti sudut pandang, tetapi tetap terasa halus dan tidak mendadak berganti begitu saja tanpa makna. Dengan demikian, tetap ada kesatuan yang muncul dari setiap adegan.

Saya suka pada cerita ini karena pergantian sudut pandang yang cerdas. Juga karena kehidupan kota Jakarta yang membuat saya kangen. Ehm, bukan bagian kehidupan yang suka dugem atau sebangsanya ya, seperti yang lazim dilakukan oleh Keara dan Harris dalam cerita tersebut. Namun, hiruk pikuk dunia kerja Jakarta dengan segala rutinitasnya yang saya kangeni. I was there anyway

Selain itu, selipan humor yang kerap sukses membuat saya tertawa terbahak-bahak. 
Adegan favorit saya saat Keara memuji Harris setelah Harris menemani Keara belanja sana sini di Singapore.

"You know what, Risjad, kalau lagi nggak berusaha tebar pesona setengah mati, elo itu adorable juga ya," kataku tersenyum padanya.

Harris
Dia barusan tersenyum menggoda gue? Anjrit! Ada gunanya juga tangan gue mau copot dari engselnya karena jadi kacung seharian ini. Gue adorable!

Keara
"Sayangnya gue udah tahu aja kalau elo itu PK," tawaku.

Harris
And we're back to square one. Crap.


LOL!

Membaca novel ini membuat saya hidup dalam dunia imajinasi, seolah saya bagian dari mereka (saya memang orang yang amat sangat imajinatif!). Membaca novel ini juga mengingatkan saya betapa asyiknya menulis cerita, satu hal yang sudah lama sekali saya tinggalkan: menulis cerpen. Novel ini juga memunculkan beberapa quote yang menurut saya bermakna dalam.
“Senang definisi gue: elo tertawa lepas. Senang definisi elo? Mungkin gue nggak akan pernah tahu karena setiap gue mencoba melakukan hal-hal manis yang gue lakukan dengan perempuan lain yang sepanjang sejarah tidak pernah gagal membuat mereka kelepek-kelepek, ucapan yang harus gue dengar hanya, "Harris darling, udah deh, nggak usah sok manis. Go back being the chauvinistic jerk that I love." That's probably as close as I can get hearing that she loves me. (Harris - Antologi Rasa) 
“How can we be so different and feel so much alike?” (Keara - Antologi Rasa) 
Satu-satunya yang membuat saya sedikit kecewa adalah ketika mendadak alur cerita terasa dipercepat menjelang ending cerita. Memang akhir cerita menggantung, tetapi ada satu bagian yang menurut saya bisa diceritakan lebih rinci, daripada sekadar diceritakan di permukaan saja, tanpa merasakan emosi dan gejolak perasaan yang dialami Keara, Rully, dan Harris. Justru mendekati bagian akhir itulah yang lebih menentukan, bagaimana ujung kisah cinta dan persahabatan mereka.

Secara keseluruhan, saya memberikan nilai tiga setengah bintang (3,5 of 5) untuk novel ini. Novel ini juga membuat saya tertarik membaca novel karya Ika Natassa lainnya. 

Btw, saya ngefans pada Harris Risjad di novel ini. Saya menjagokan Harris untuk bersama Keara. Namun, untuk tahu bagaimana akhir cerita sebenarnya, silakan langsung membeli novel Antologi Rasa! ;) 

Wednesday, November 02, 2011

Waiting for A Miracle(7): Mari Membaca!

Sudah tahu 'kan bahwa saya adalah penyuka buku, book lovers. Apapun yang ingin saya ketahui, maka saya akan kembali pada sebuah benda bernama buku. Bolehlah kini zaman internet, tinggal googling, setiap pertanyaan akan langsung terjawab. Namun, bagi saya, tidak ada yang mengalahkan kenikmatan membaca buku. Punya e-book reader sekalipun tetap tidak akan menggantikan kemewahan memegang buku, membaca setiap halamannya, dan bisa dibaca kapan saja, di mana saja.

Kepada buku-buku pula saya kembali mencari tahu, apa saja sih yang perlu dipersiapkan untuk melahirkan nanti. Mulai dari perlengkapan bayi yang harus dibeli, sampai bagaimana cara menyusui yang baik dan benar. Sekalipun saya sudah menandai alias memberikan bookmark pada beberapa artikel yang saya temukan saat browsing, saya tetap akan berpaling pada buku untuk mendalami segala sesuatu lebih jauh. 

Seperti saya ceritakan pada post sebelumnya, pengalaman mengurus seorang bayi bukan sesuatu yang asing bagi saya. Ini bukan yang pertama saya berinteraksi penuh dengan bayi, tetapi ini adalah pertama kalinya saya akan mengurus seorang bayi dimulai dari NOL. Maka pengalaman mengurus Gilang pun pasti tidak ada apa-apanya dengan mengurus si baby nanti! It will be a long and an amazing journey for me and my husband! 

Nah, daripada saya hanya mengandalkan bantuan Mama atau Ami (ibu mertua saya) saat mengasuh baby, lebih baik saya mempersiapkan diri sejak awal. Ini anak saya lho. Maka saya dan suami pasti akan punya gaya mengasuh tersendiri. This is our own style of parenting! :D

Mulailah saya mengumpulkan berbagai macam buku panduan merawat dan mengasuh bayi. Ada yang saya beli online lewat Buka Buku, atau hasil menitip pada Mama dan dikirim ke Bontang. Bagian paling menyenangkan dari menitip beli buku lewat Mama adalah .... Mama membelikan lebih dari satu buku! Saya pun girang luar biasa saat membuka paket kiriman tersebut karena mendapat empat buku sekaligus! 

Jadi, buku apa saja yang sedang saya baca sekarang?

Saya punya buku ini sejak kehamilan pertama. Bacaan wajib untuk bumil! 
Bagian paling saya sukai adalah penjelasan tentang perubahan
fisik yang dialami pasca melahirkan normal & caesar. Beli di BukaBuku
Ini bukan buku, tapi kumpulan makalah yang dipresentasikan
dalam Peringatan Pekan ASI Sedunia IDAI di Jakarta, 19 Agustus 2010.
Saya mendapatkan ini dari Emak Ratih Ibrahim sebelum menikah
dan masih saya simpan sampai sekarang :)
Favorit saya: Ensiklopedia Perkembangan Bayi! Lengkap banget,
hingga perkembangan anak 2 tahun. Berasa baca buku psikologi perkembangan :D
Btw, ini kiriman dari Mama ;)
Kiriman dari Mama juga. Sama lengkapnya dengan dua buku sebelumnya,
dengan tambahan beberapa kebiasaan yang lazim dilakukan oleh
keluarga Muslim saat menyambut kelahiran bayi :)

Hayooo....pasti ada yang bertanya, yakin nih akan melahap semua bacaan itu? 
Saya sih nggak berani menjamin semuanya akan saya hapal luar kepala. Lagipula, buku-buku panduan semacam ini bukanlah tipe buku yang harus habis dibaca sampai tuntas seperti novel (karena penasaran bagaimana ending-nya!). Buku-buku seperti ini lebih enak dibaca pada bagian-bagian tertentu yang memang ingin kita ketahui. Ibarat text book zaman kuliah dulu, tinggal buka bab atau bagian mana yang ingin dicari tahu. Buku-buku ini pas untuk teman bersantai sambil menikmati tendangan si baby yang semakin heboh! :)

Pasti ada juga yang berkomentar, ahhhh itu kan cuma teori aja. Prakteknya pasti beda 'kan?
Iya, betul sekali. Namanya juga sedia payung sebelum hujan. Daripada buta sama sekali, hanya bisa membayangkan segala sesuatu yang masih samar, lebih baik membaca untuk tahu lebih dalam lagi. Minimal teorinya sudah paham dan terbayang, tinggal dipraktekan dan dirasakan saat si baby lahir. 

Lucunya, si baby ini selalu menendang-nendang perut saya setiap kali saya membaca buku-buku ini. Saya pun bercerita padanya, bahwa saya sedang belajar dan bersiap-siap menyambut kelahirannya :) Oya, si baby juga bereaksi terhadap cerita-cerita yang saya bacakan dari Buncil (sisipan untuk anak pada majalah Ayah Bunda). Saya terpikir, bulan depan saya mau membeli buku cerita anak-anak juga, supaya ia juga terbiasa didongeng dan membaca sejak dini, bahkan sejak ia dalam perut saya! 

Yuk, mari membaca! 
Powered by Blogger.