Sampai saat Rasya tepat dua tahun, saya masih ragu dan bingung bagaimana mulai menyapih. Pasalnya, Rasya sangat sangat suka nenen dan ngempeng. Belum lagi jika ia merengek mati-matian demi nenen. Kalau nggak dikasih pasti makin menjadi.
Namun, entah ilham dari mana, pertengahan minggu lalu saya berniat menyapihnya pas tengah malam! Rabu malam menjadi kali terakhir Rasya tidur sambil nenen. Tengah malam saat ia ngelilir, saya yang juga setengah sadar bersikeras tak mau memberinya nenen. Tangis Rasya pun pecah, sekitar 15 menit ia menangis tak henti sambil guling sana sini. Kemudian suami berinisiatif untuk memboyong Rasya ke kamar lain, menjauhkannya dari saya. Saya pun ditinggal sendirian sementara suami menikmati kembali tidurnya sambil diiringi tangisan pilu Rasya. Tiga puluh menit kemudian suara tangisnya hilang, agaknya ia tertidur karena capek menangis. Menjelang subuh, saya ikutan pindah kamar gara-gara kesepian. Rupanya aksi saya ini ditegur suami, yang khawatir Rasya bangun dan ingin nenen lagi. Paginya, Rasya sempat minta nenen, tetapi berhasil saya alihkan ke susu dan makanan lain.
Esok malamnya, cerita yang sama terulang lagi. Saya harus makin sayang pada suami karena rela dijadikan sasaran rengekan Rasya. Rasya butuh waktu yang sama sejak ia ngelilir sampai tidur lagi. Kali ini saya nggak nyusul, tapi tetap sih, baru bisa tidur setelah memastikan tangisnya nggam terdengar lagi :p
Malam berikutnya, saya berhasil menenangkan Rasya yang ngelilir dengan pelukan dan nyanyian. Begitu ia marah, saya biarkan dulu, tetapi tetap waspada supaya tak terjatuh dari kasur. Setelah bisa dipeluk, baru saya usap-usap sambil dinyanyikan. Lama-lama tidur sendiri. Pun saat weekend, saya mengeloninya tidur sambil bercerita sampai ia tidur sendiri. Kini, sudah empat hari ia tidak nenen. Minta sih masih, tapi sering saya abaikan lalu saya alihkan. Paling sulit adalah saat menenangkannya pada sesi bangun tengah malam, tetapi sejauh ini bisa teratasi :)
Alhamdullilah episode menyapih penuh drama ini berjalan lumayan lancar. Saya nggak tahu persis, apakah ini yang disebut weaning with love atau bukan, tetapi saya nggak memakai obat apapun untuk menyapihnya. Modal saya cuma rasa tega yang lebih banyak dari biasanya! Ibu mana sih yang tega melihat anaknya menangis? Namun, untuk ini saya harus tega melihatnya merengek dan menutup celah sekecil apapun yang bisa membuatnya ingat nenen. Plus peran suami juga penting untuk 'menceraikan' anak dengan kita sementara waktu. Belakangan saya juga lumayan sibuk bekerja, sehingga suami punya kesempatan lebih banyak untuk bermain dengan Rasya. Bisa jadi, ini juga menumbuhkan rasa nyaman dan percaya Rasya pada ayahnya.
Satu yang pasti, sejak mulai menyapih, saya merasa lebih harus sering memeluk Rasya. Alasannya, agar ia tahu bahwa saya tetap sayang padanya meski nggak nenen lagi, saya tetap ada di sampingnya menemani setiap waktu. Kangen menyusui? Iya, apalagi ASI saya masih keluar sehingga saya masih memerahnya tiap hari. Akan tetapi, rasa bangga pada Rasya jauh lebih besar!
Terima kasih, Rasya, sudah memberi Mama pengalaman menyusui yang menakjubkan selama 2 tahun 1 bulan.
Mama bangga Rasya mampu bertahan selama proses menyapih ini! Keep it up the good work, Lil' Boi! :*