Pinjam di sini |
Sebetulnya, apa sih comfort zone itu?
Comfort zone adalah
suatu keadaan saat kita selalu melakukan sesuatu yang rutin, dan berubah
menjadi kebiasaan yang membuat kita merasa nyaman. Comfort zone bukan soal apakah ini baik atau buruk, tetapi hal ini
memang sangat manusiawi. Di mana pun kita berada, kita akan membangun zona
nyaman kita sendiri.[1] Berada
di zona nyaman memang menyenangkan, tetapi bagaimana jika kita malah merasa
terjebak, stuck di dalamnya? Hingga
kita berpikir bahwa kita harus melakukan aktivitas baru untuk membuat hidup
lebih berwarna atau malah melakukan suatu lompatan besar!
Cara pertama untuk me-refresh
zona nyaman kita adalah: melakukan sesuatu yang berbeda dari kebiasaan. Sekedar
menata ulang perabot rumah, mencoba menu baru di resto favorit, berekreasi ke
alam terbuka daripada ke mall, atau
menginap semalam di hotel dekat rumah bersama keluarga. Hal kecil yang membuat
kita lebih bersyukur betapa menyenangkannya rutinitas harian itu!
Namun, bagaimana dengan perubahan besar dalam hidup
keluarga? Ya, merencanakan sebuah lompatan besar!
Seperti yang tengah saya alami bersama keluarga kecil saya.
Pertama kali mendengar rencana besar suami, saya super excited! It was a year ago. Seiring
waktu, satu persatu langkah mewujudkan rencana itu mulai nyata, salah satunya kini saya seorang job-seeker. Kini, saya
sudah berada di depan pintu rencana besar yang telah terwujud itu. Tinggal
membuka pintu dan masuk ke dalamnya. Namun, perasaan takut dan khawatir kerap
bermunculan dalam diri.
Lha kok bisa?
Ya, karena saya tahu saya akan berhadapan dengan sesuatu
yang besar: tinggal kembali dalam hiruk pikuk ibukota. Setelah tiga tahun saya
tinggal di kota kecil, saya merasa khawatir pada banyak hal, terutama soal
fleksibilitas waktu. Sudah lama macet tidak menjadi sahabat saya, sebab saya
terlalu terbiasa dengan waktu tempuh yang nggak sampai durasi satu lagu dari
rumah ke tempat kerja. Saya pun terlalu santai dengan jam kerja yang super
nyaman, yang memungkinkan saya pulang istirahat siang bertemu Rasya di rumah.
But the show must go on. Berita Mama sakit membuat saya harus berangkat lebih awal dari rencana. Dan di sinilah saya sekarang, di rumah orang tua, bersiap untuk mengurus Mama pasca rawat inap, bersiap untuk membesarkan Rasya di sini, dan tentunya bersiap untuk bikin zona nyaman lagi.
Toh pada akhirnya, kita sendiri juga yang menentukan, mau hidup ribet atau hidup simpel. Kalau mikirin ketakutan mah, malah nggak bisa berbuat apapun yang mengubah ketakutan itu. Segala ketakutan dan kekhawatiran itu harus dihadapi, dijalani, dan dinikmati. Masa penyesuaian diri seperti ini ibarat transisi dari satu fase kehidupan ke fase kehidupan berikutnya. Saya yakin, saya, suami, dan Rasya dapat menyesuaikan diri dengan cukup baik di kota super sibuk ini.
Here I am now, in my hometown :)
[1] Are Your Comfort Zones Holding You Back?
Published on September 2, 2010 by Carolyn L. Rubenstein in Now Is Everything,
diakses lewat http://www.psychologytoday.com/blog/now-is-everything/201009/are-your-comfort-zones-holding-you-back