Working At Home (2): 6 Hal yang Harus Dilakukan Setelah Mendapat Pekerjaan
Halo!
Kita bertemu lagi
untuk sharing kedua tentang working at home. Jika pada bagian pertama
kita awali dengan cara mulai bekerja di rumah, kali ini saya akan membahas
lanjutannya.
Apa yang harus dilakukan setelah mendapat pekerjaan?
Ya, sekarang satu job sudah di tangan, terus gimana nih? Mungkin itu yang pertama
kali muncul dalam benak teman-teman. Atau, malah merasa kaget dan takjub, “Kok
ada sih orang yang berpikir saya bisa
mengerjakan hal ini?”
Wah, itu berarti
teman-teman sungguh punya kemampuan dan orang lain melihat itu. Segera atasi
rasa shock itu dan langsung fokus
pada pekerjaan yang didapat ya! Ssstt…ada deadline-nya
lho!
Photo by JESHOOTS.COM on Unsplash |
6 Hal yang Harus Dilakukan Setelah Mendapat Pekerjaan
Supaya nggak makin
penasaran, coba intip 6 langkah ini ya!
Pahami pekerjaan secara rinci
Dalam pekerjaan
tersebut, pasti klien memberikan brief tertentu.
Setahu saya, di platform pekerjaan
lepas setiap pekerjaan sudah punya deskripsi tentang apa yang harus dikerjakan
dan diharapkan oleh klien. Berdasarkan informasi itulah biasanya kita terdorong
untuk melamar pekerjaan tersebut.
Setelah resmi
mendapatkan pekerjaan tersebut, biasanya klien akan menghubungi kita. Ini
berdasarkan pengalaman saya menggunakan Sribulancer ya. Jujur, saya sendiri
belum pernah berhasil mendapat job di
situs tersebut. Namun, sudah pernah bertukar kontak dengan salah satu klien dan
melakukan penjajakan awal. Pada tahap ini, kita boleh kok meminta deskripsi pekerjaan lebih rinci. Harus malah, supaya
kita bisa mengerjakan sesuai harapan klien.
Lalu, pahami setiap
detail tersebut. Jika ada yang tidak mengerti, coba googling dulu, baru konfirmasi kepada klien, apakah benar hal
tersebut yang dimaksud. Berhubung semua pekerjaan remote ini dilakukan tanpa tatap muka, maka perhatian pada hal-hal kecil itu akan sangat membantu kita dalam
menyelesaikan job.
Riset itu harus!
Apapun jenis pekerjaan
yang kita dapat, selalu biasakan diri untuk melakukan riset lebih dahulu
sebelum mulai mengerjakannya. Misalnya, saya mendapat pesanan artikel dengan
tema bahan bangunan rumput sintetis. Agar tahu apa yang harus ditulis, maka
harus melakukan riset kecil-kecilan lewat Google tentang macam-macam rumput
sintetis, faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam membeli dan pemasangan,
hingga bagaimana perawatannya. Dari informasi tersebut, baru saya bisa
membayangkan kerangka tulisan seperti apa.
Bagaimana dengan
pekerjaan lain, seperti desain poster atau ilustrasi? Riset tetap perlu, supaya
kita bisa dapat inspirasi untuk topik yang diminta klien. Lebih jauh, jika
klien mencantumkan identitas diri atau profil usahanya, lakukan juga riset
untuk hal tersebut. Ini penting untuk memahami ‘kepribadian’ klien. Memang tidak
semua klien mau buka-bukaan soal hal itu, lagi-lagi karena semua pekerjaan ini
berlangsung dalam jalur online, di
mana anonim itu adalah ‘hal biasa.’
Namun, jika kita
memperoleh pekerjaan dari lini bisnis yang cukup besar, biasanya mereka cukup
terbuka dengan informasi tersebut. Bahkan, mereka juga sudah punya panduan
tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Balik lagi ke poin satu:
pahami betul brief yang diberikan!
Kapan deadline-nya?
Nah, ini dia yang
kadang suka kita lewati. Perhatikan baik-baik kapan deadline pekerjaan ini harus dikirim kepada klien. Sangat baik jika
kita punya satu agenda atau gunakan saja fitur kalender di hp untuk mencatat
setiap deadline pekerjaan yang
diambil. Dari situ, kita jadi bisa mengelola waktu kita saat mengerjakan setiap
job. Termasuk tahu kapan perlu cari job lagi.
Pengalaman saya dengan
Kontenesia, hampir setiap hari ada posting
job dari admin. Namun, karena
sistem pengambilan job secara lelang
(siapa cepat dia dapat), maka belum tentu juga setiap hari dapat job. Akan tetapi, saya selalu berusaha
mengambil pekerjaan dengan deadline yang
tidak bertumpuk, maksimal tiga hari berturut-turut. Habis itu biasanya saya
akan off dulu.
Masalahnya adalah
kadang job sering datang di saat kita
ingin istirahat hahaha :D Well, untuk
satu ini saya balik ke prinsip ini: nggak ambil kesempatan
yang ada, nggak dapat pekerjaan, maka uang juga nggak datang. Jadi, selalu berakhir dengan tetap ambil
pekerjaan deh!
Kerjakan sesegera mungkin
Ini kuat banget
hubungannya dengan soal menunda dan rasa malas. Apalagi, kalau jumlah pekerjaan
tersebut banyak. Bisa dicicil, paling nggak mulai dari riset lebih dulu. Coba bikin
corat-coret di buku catatan atau diskusi dengan seseorang yang mungkin memahami
topik tersebut.
Prakteknya sih, saya
bukan anggota anti mepet deadline club.
Harus diakui, kerja mepet tenggat waktu itu bikin otak lebih semangat
meluncurkan ide-ide segar hahaha. Namun, bagi saya hal ini berlaku untuk proses
penulisan saja. Riset dan membangun kerangka tulisan sudah saya lakukan sejak
hari pertama mendapat pekerjaan. Cuma eksekusi sering nungguin waktu dan mood yang
tepat. Nggak jarang juga, ide-ide segar itu justru datang pada jam 2 atau 3
dini hari. Makanya, saya lebih suka bekerja pada jam tersebut.
Boleh ditiru nggak
menurut teman-teman? ;)
Kirim ke klien dan bersiap untuk revisi
Nggak ada satu
pekerjaan pun yang sempurna. Maka, begitu kita kirimkan hasil pekerjaan pada
klien, bersiaplah untuk revisi. Berapa kali revisi? Tergantung klien, sampai
mereka merasa puas dengan hasil kerja kita. Harus bersikap gimana saat klien complain soal hasil jerih payah kita?
Tetap tenang dan jangan baper. Kalau
kita baper, yang ada pekerjaan nggak selesai, uang juga nggak didapat. Sayang
kan?
Bukan, bukannya saya
jadi mendewakan klien bahwa kemauan mereka harus selalu dituruti. Namun,
sebagaimana lazimnya layanan jasa, sebagai pemberi jasa tentu kita harus
memberikan yang terbaik pada klien. Karena dari pelayanan terbaik itulah klien
akan merasa puas dan tahu bagaimana kualitas diri kita, sehingga ia akan repeat order. Balik lagi ke kita untuk
meminta jasa berikutnya.
Sekali lagi, pekerjaan
ini tidak ada tatap muka atau kehadiran fisik sama sekali. Semua komunikasi
berlangsung lewat kata-kata, dan mungkin suara atau video conference. Maka, kita juga harus siap mengerahkan kemampuan
terbaik demi mendapatkan kepercayaan dari klien. Jadi, bukan cuma skripsi atau
tesis yang harus direvisi berkali-kali, pekerjaan juga lho hehehe.
Kirim invoice yuk!
Terakhir, jangan lupa
untuk menagihkan invoice pada klien
ya! Jika teman-teman mendapat pekerjaan melalui platform untuk freelancer, silakan
cek situs masing-masing perihal penagihan ini. Jika pekerjaan tersebut didapat
secara personal, bisa berikan tagihan tertulis. Oya, pastikan soal revisi juga
sudah termasuk dalam penagihan tersebut, sehingga teman-teman tidak rugi waktu
dan tenaga ketika klien meminta revisi. Di Kontenesia, setiap klien membayar
sejumlah tertentu untuk paket artikel yang diinginkan dengan batas revisi
maksimal dua kali.
Itu dia 6 hal yang
harus dilakukan setelah mendapat pekerjaan. Siklus ini bakal berulang terus
setiap kali kita memperoleh job. Mungkin
sedikit susah awalnya untuk membiasakan diri, tetapi setelah satu dua kali
akhirnya kita bisa terbiasa dengan pola tersebut. Plus, jadi lebih pandai
mengatur waktu pengambilan job.
Yuk, coba praktekkan
di rumah!
Salam,
Dita
Riset itu emang penting mbk. Aku juga ngelakuin siklus itu. Makasih sharingnya ya mbk. Salam, muthihauradotcom
ReplyDeleteSama2, terima kasih sudah mampir 😊
DeleteSelesai membaca artikel "working at home" ini langsung perasaan ku menggebu2 untuk bekerja di rumah. Saat ini aku lg memulai belajar nulis mba.. dan sungguh rasanya termotivasi setelah baca artikel ini. Aku kesulitan di management waktu, karena dengan sumberdayaku terbatas. Dan aku orangnya ngantukan...anak tidur dimalam hari lhoo aku ikutan tidur bukannya belajar ;(
ReplyDelete