Catatan Rasya (18): Berdamai dengan Alergi
*sapu-sapu, lap-lap teras blog yang nyaris berdebu ditinggal 2 minggu*
Ceritanya, saya sedang galau gara-gara Rasya sudah 2 minggu lebih badannya hangat plus batuk pilek. Sudah tiga kali bolak-balik ke dokter anak langganan. Saya kira karena saya juga batuk pilek maka Rasya kena dampaknya. Meski sekarang batuk pilek saya juga belum sembuh, Rasya pun ikutan belum sembuh. Namun, suhu badannya sering bikin khawatir. Apalagi Rasya sudah dua kali kejang demam.
Memang suhu badan Rasya paling tinggi 'cuma' 37,8 derajat Celcius. Sisanya berkutat di angka 36,5 - 37,5 derajat Celcius. Plus batuk dan meler-meler berkepanjangan. Belakangan batuknya reda, tapi meler masih nongol plus suhu badan yang hangat. Ya segitu sih masih belum panas ya, tetapi kepala Rasya selalu lebih panas daripada tubuhnya. 'Kan bikin khawatir............. :'(
Sampai saya curiga apakah ini Roseola Infantum? Tapi nggak ada bercak-bercak merah. Atau gara-gara fimosis yang menyebabkan ISK? Rasya memang belum jadi disunat, seperti rencana saya dulu.
Akhirnya, setelah tiga kali bolak-balik, dokter menyimpulkan ini adalah alergi. Saat menerima kenyataan bahwa Rasya punya alergi, saya sempat menyangkal. Masalahnya, sejak perkenalan MPASI, Rasya tak menunjukkan gejala alergi parah pada makanan umum penyebab alergi (telur, susu sapi, kacang-kacangan, ikan laut). Ia hanya nggak cocok dengan ubi dan buah naga, pasti agak mencret sesudahnya.
Ragam penyebab alergi | dipinjam di sini |
Ditambah dia suka dengan semua makanan yang saya berikan. Makanyaaaaa, sempat nggak bisa terima kenyataan. Padahal sih, jelas-jelas ia punya bakat alergi karena saya dan suami punya asma. Belakangan, suami bilang, sebetulnya dia alergi ayam. Apaaa?!! Nggak bilang-bilang..... Lanjut suami, kalau mau diusut apa yang nggak boleh dia makan, ya sebetulnya banyak, tapi 'kan sistem pertahanan tubuhnya sudah terbentuk baik. Kalau gatal-gatal dikit langsung bisa minum CTM. Lha kalau Rasya? :(
Lagipula, masih kata suami, reaksi alergi 'kan macam-macam. Ada yang langsung muncul, ada yang nggak. Bisa lewat bruntusan atau bentol-bentol, bisa juga lewat batuk pilek. Ya seperti saat kami alergi debu pasca bersih-bersih, ingus bakal meler terus menerus dan kepala rasanya lebih panas. Hmmm....iya juga sih. Penjelasan yang masuk akal (ketahuan nggak akrab sama penyakitnya sendiri). Kemudian, suami juga menjelaskan alergi itu berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh. Bisa saja, makanan yang sebetulnya baik-baik saja jika dimakan, pas kondisi Rasya kurang fit malah menimbulkan alergi. Atau kondisi makanan yang kurang segar juga bisa bikin alergi. Pendek kata, mendeteksi alergi terhadap makanan itu susah-susah gampang. Apalagi, dokter anak Rasya enggan melakukan tes alergi. Mungkin harus cari dokter anak spesialis alergi untuk memeriksa Rasya lebih lanjut ya (berpikir untuk ke kota demi misi ini :p).
Dan setelah baca di sini, memang kesimpulan dokter tadi lebih bisa diterima. Karena lendir Rasya belakangan cenderung encer, berarti indikasi alergi. Walaupun sebelumnya memang berwarna lebih keruh, yang berarti betul pilek juga. Tadi siang pas saya lihat Rasya, sekarang ada bekas kemerahan pada kulit di sekitar leher, sebagian perut, dan sebagian punggung. Ini pun saya belum tahu apakah salah satu gejala alergi atau biang keringat (karena Rasya habis pakai baju lengan panjang dan kalau keringat saat tidur, kulitnya cenderung memerah). Browsing lagi, ketemu artikel ini yang menyatakan salah satu gejala anak alergi saat batuk pilek adalah kulit memerah.
Dan setelah baca di sini, memang kesimpulan dokter tadi lebih bisa diterima. Karena lendir Rasya belakangan cenderung encer, berarti indikasi alergi. Walaupun sebelumnya memang berwarna lebih keruh, yang berarti betul pilek juga. Tadi siang pas saya lihat Rasya, sekarang ada bekas kemerahan pada kulit di sekitar leher, sebagian perut, dan sebagian punggung. Ini pun saya belum tahu apakah salah satu gejala alergi atau biang keringat (karena Rasya habis pakai baju lengan panjang dan kalau keringat saat tidur, kulitnya cenderung memerah). Browsing lagi, ketemu artikel ini yang menyatakan salah satu gejala anak alergi saat batuk pilek adalah kulit memerah.
Saya pun langsung mendedikasikan weekend ini untuk berburu resep anak alergi. Kalau makanan utama sih masih nggak terlalu masalah, tetapi cemilan harus cari variasi tanpa telur, plus harus bisa bikin dalam waktu tak lama. Nah!
Untunglah, zaman semakin canggih. Saya nggak perlu cari buku saja, tetapi tinggal googling dan langsung ketemu banyak. Ada Tanpa Telur, Learning to Eat Allergy Free, dan Allyson Kramer. Ternyata oh ternyata, kue-kue basah pun bisa dibuat tanpa telur. Haaaahhh, leganya. Kembali pada kemauan saya untuk mencobanya di rumah, penasaran bagaimana hasilnya. Besok mau coba bikin Churros versi tanpa telur. Pembuatannya mudah dan bisa untuk cemilan selingan pas weekdays.
Langkah berikutnya, saya ingin membuat menu harian di rumah, sesuatu yang jarang saya lakukan. Tempe, tahu, daging, sayuran, mari mendekatlah ke Mama (buka menu tempe-tahu-daging-sayur-buah). Artikel dari Ayahbunda ini bisa jadi panduan. Jauh-jauh dulu sama ayam dan turunannya, ikan laut, coklat, keju, dan susu sapi.
Semoga Rasya lekas membaik, bebas meler dan suhu tubuh normal kembali!
Semangaaaattt, Mamaaaa! :D *menyemangati diri sendiri*
Anak kecil ini mah tetep aktif dan asyik main seperti biasa |
Semangaaaattt, Mamaaaa! :D *menyemangati diri sendiri*
No comments: