Tiga Cerita Bahagia

Lama tak bersua di sini.
Kembali mengatasnamakan kesibukan, meski sebetulnya semata kesulitan mengatur waktu antara pekerjaan, keluarga, dan diri sendiri. Namun, tak apa, saya kembali dengan segudang cerita yang pastinya bernuansa positif, ya kebahagiaan. Mulai dari mana ya? Hmmm...bagaimana kalau dengan ini?



27 Agustus 2016
Alhamdulillah suami telah berhasil menyelesaikan studi S2 Magister Profesi Psikologi di Universitas Indonesia. Tugas belajar dua tahun yang diemban suami tuntas dengan perjuangan luar biasa. Ada banyak sekali cerita suka duka di balik multiperan yang harus dimainkan suami selama berada di ibukota. Sebagai anak, suami, ayah, sekaligus mahasiswa full-time, suami cukup sulit membagi waktu dan perhatiannya. Apalagi kuliah profesi sangat padat, belum lagi magang di berbagai perusahaan, juga kerja kelompok yang tak ada habisnya. Menghadapi drama perkuliahan hanyalah satu episode yang hari-hari harus dijalani suami. Belum lagi drama ibukota dengan perjalanan komuter Bogor-Depok-Pamulang. Tidak setiap hari memang, tetapi ada kalanya ia harus juggling sampai seheboh itu. 

Nggak melebih-lebihkan kok, memang itu adanya. Masih ditambah begadang mengerjakan tugas, atau bimbang antara menghabiskan waktu bermain bersama Rasya atau mengerjakan tugas. Juga urusan quality time kami berdua. Wah, rasanya 24 jam 7 hari seminggu itu masih kurang! Pun saya, yang harus tetap terus-terusan menyemangati suami untuk terus maju dan berjuang dengan tugas kuliah sampai tesis. Ini masih belum menyebut kendala finansial yang juga kami hadapi. Namun, pada akhirnya seluruh tangis dan keringat itu berbuah manis saat melihat suami diwisuda pada akhir Agustus lalu. Hasil perjuangan dua tahun yang dirasa cukup panjang, tetapi ketika perjuangan itu mencapai titik akhir yang kami lihat hanyalah betapa nikmatnya melewati proses itu semua bersama-sama :)

Di saat yang sama, saya dan Rasya juga harus menerima kenyataan bahwa suami harus segera kembali ke Bontang dan bekerja seperti semula. Another LDR story will begin. Suka nggak suka, mau nggak mau, kami sudah bersepakat untuk hal ini. Saya dan Rasya akan tetap di Jakarta sampai tahun depan. Rasya masih melanjutkan kelas TK B, sementara saya tetap bekerja sambil menanti rejeki lainnya.




Menjelang Lebaran lalu...
Saya menyadari bahwa saya sudah telat datang bulan. Padahal, ketika itu saya tengah bolak-balik BSD- Bogor untuk bekerja sementara Rasya di rumah mertua. Setelah melakukan test pack kedua kalinya di akhir pekan sebelum Lebaran, Alhamdulillah kami kembali dipercayakan oleh Allah SWT seorang calon bayi. Foto di atas adalah hasil USG saya di minggu ke-13 kehamilan ini. Apakah memang program? Ya, ini memang kesepakatan saya dan suami di saat suami sibuk-sibuknya bikin tesis, hehehe. Sebuah kesepakatan yang tiba-tiba disetujui suami saat siang hari bolong dan ia langsung memberitahu saya via whatsapp :p 

Setelah keguguran tahun lalu, saya memang melonggarkan diri 6 bulan untuk tidak langsung jadi lagi, mengingat saya hamil Rasya hanya selang 45 hari setelah dikuret karena hamil kosong. Memasuki awal tahun 2016, lama-lama saya nggak tahan juga untuk membujuk suami hehe. Pertimbangan suami masuk akal sih kenapa ia belum mau: urusan kuliah dan Rasya saja sudah menyita perhatian dan waktunya, maka menambahkan saya hamil mungkin membuatnya semakin complicated. Namun, menjelang kesibukannya bikin tesis, suami malah sepakat dengan proposal yang saya ajukan hahaha. 

Si adik kecil dalam rahim saya ini adalah "percobaan" bulan ketiga kami setelah kami sepakat untuk melakukan program. Lucunya, Rasya malah beberapa kali mengatakan demikian sambil mengusap perut saya, "Di dalam perut Mama ada adik bayi ya? Mama hamil ya?" sebelum saya tahu saya benar hamil. Ia mengatakan itu sampai tiga kali! Apakah memang ia merasakannya ya? Entahlah, yang pasti Rasya cukup excited dengan kehamilan saya ini. 

Rasya juga kami ajak setiap periksa rutin ke dokter. Saat periksa di minggu ke-13 lalu, ternyata si adik pun memberikan kami kejutan. Tangan dan kakinya bergerak-gerak aktif saat di-USG. Saya, suami, dan Rasya sampai terpukau melihatnya. Sebab seingat saya dulu Rasya cukup anteng dalam usia kandungan minggu ke-12. Mungkin makin ke sini janin pun juga semakin pintar ya? 

Selain itu, berbeda dengan kehamilan Rasya dulu, aktivitas Rasya selama hamil juga lebih sibuk. Tak heran jika saya lebih cepat merasa lelah dan ngantuk. Oke sih, untuk ngantuk, dari dulu pun saya memang pelor, haha. Namun, kondisi hamil melipatgandakan semuanya. Belum lagi saat terlalu lelah saya sering migren atau sampai kliyengan parah. Mual masih sedikit saya rasakan, tetapi satu hal yang pasti adalah frekuensi makan yang lebih sering! Bisa setiap jam saya makan atau ngemil hehehe. Sejauh ini sih soal ngidam masih relatif teratasi, kecuali ngidam kepiting saus padang Melati atau gami bawis Bontang. Itu sepertinya susah diwujudkan :(

To do list berikut yang perlu saya dan suami lakukan adalah mencari rumah sakit yang tepat untuk melahirkan nanti. Tepat dalam arti segala hal: jarak, dokter, lingkungan, fasilitas, dan tentu saja biaya. Sebab kini saya masih memilih rumah sakit dekat kantor untuk periksa rutin, tetapi biaya melahirkan di sana sangatlah mahal. Maka mencari alternatif berikutnya patut dilakukan. Mudah-mudahan per akhir bulan ini kami sempat melakukan hunting rumah sakit.

Tentang Rasya
Pasti banyak sekali cerita soal tumbuh kembang Rasya. Lain kali saya akan ceritakan terpisah yaa. Namun, sepanjang tahun ini, saya melihat Rasya semakin mandiri dan sudah terdorong untuk mengandalkan dirinya sendiri. Salah satu pencapaian terbesar Rasya adalah ikut lomba mewarnai sendiri. 

Pertama kalinya Rasya beneran ikut lomba mewarnai dan mengerjakan sendiri, ya sendiri!
Saya hanya bisa menunggu dan mengamatinya dari jauh saja. Sempat deg2an, khawatir ia mencari saya, khawatir ia menangis, khawatir ia ngambek di tengah jalan.
Namun, di luar dugaan, Rasya sukses melakukannya sendiri. Mulai dari pilih warna, mewarnai, memberikan hasilnya pada panitia, sampai membereskan barang2nya sendiri. Saya kagum. Salut pada kemandirian si anak lanang ini.
Usianya belum genap 5 tahun, tapi banyak hal yang ingin ia lakukan sendiri sekarang. Ia selalu berusaha meyakinkan saya, "Aku bisa sendiri, Ma!"di saat saya khawatir atau ragu padanya. Tapi seiring waktu, saya semakin percaya pada Rasya, bahwa ia memang sudah besar dan sudah mulai belajar mengandalkan dirinya sendiri.
Hari ini Rasya membuktikan semuanya! Buat Mama, Rasya sudah memenangkan hati Mama untuk sikap mandiri Rasya yang kini sudah naik setingkat!
Selamat, Mas Rasya! 

Melihat Rasya seperti itu, saya yakin ia bisa menjadi kakak yang baik nantinya. Mungkin memang ini waktu yang tepat dirancang oleh Allah untuk kami semua. Menunggu Rasya lebih besar untuk punya adik, sehingga ia bisa lebih memahami kondisi kehamilan saya (dan beda lho hamil usia 20-an dan 30-an :p) dan juga mau mengurus dirinya sendiri, meski tak semua hal. Rasya sering bilang begini, "Mama kalau kecapekan bilang ya, harus istirahat." Ah, Nang, Mama jadi terharu mendengar ucapan itu dari kamu, yang kalau tidur kelonan masih kayak bayi. Terima kasih ya, Mas, eh Kak!

Jadi, itulah tiga hal yang membuat kami gembira sepanjang tahun 2016 ini. Semoga tahun ini juga membawa lebih banyak kebahagiaan buat kita semua yaaaa! Amin!

No comments:

Powered by Blogger.