Working At Home (2): 6 Hal yang Harus Dilakukan Setelah Mendapat Pekerjaan

5:33 AM
Halo!

Kita bertemu lagi untuk sharing kedua tentang working at home. Jika pada bagian pertama kita awali dengan cara mulai bekerja di rumah, kali ini saya akan membahas lanjutannya.

Apa yang harus dilakukan setelah mendapat pekerjaan?

Ya, sekarang satu job sudah di tangan, terus gimana nih? Mungkin itu yang pertama kali muncul dalam benak teman-teman. Atau, malah merasa kaget dan takjub, “Kok ada sih orang yang berpikir saya bisa mengerjakan hal ini?”

Wah, itu berarti teman-teman sungguh punya kemampuan dan orang lain melihat itu. Segera atasi rasa shock itu dan langsung fokus pada pekerjaan yang didapat ya! Ssstt…ada deadline-nya lho!

Photo by JESHOOTS.COM on Unsplash

6 Hal yang Harus Dilakukan Setelah Mendapat Pekerjaan

Supaya nggak makin penasaran, coba intip 6 langkah ini ya!

Pahami pekerjaan secara rinci

Dalam pekerjaan tersebut, pasti klien memberikan brief tertentu. Setahu saya, di platform pekerjaan lepas setiap pekerjaan sudah punya deskripsi tentang apa yang harus dikerjakan dan diharapkan oleh klien. Berdasarkan informasi itulah biasanya kita terdorong untuk melamar pekerjaan tersebut.

Setelah resmi mendapatkan pekerjaan tersebut, biasanya klien akan menghubungi kita. Ini berdasarkan pengalaman saya menggunakan Sribulancer ya. Jujur, saya sendiri belum pernah berhasil mendapat job di situs tersebut. Namun, sudah pernah bertukar kontak dengan salah satu klien dan melakukan penjajakan awal. Pada tahap ini, kita boleh kok meminta deskripsi pekerjaan lebih rinci. Harus malah, supaya kita bisa mengerjakan sesuai harapan klien.

Lalu, pahami setiap detail tersebut. Jika ada yang tidak mengerti, coba googling dulu, baru konfirmasi kepada klien, apakah benar hal tersebut yang dimaksud. Berhubung semua pekerjaan remote ini dilakukan tanpa tatap muka, maka perhatian pada hal-hal kecil itu akan sangat membantu kita dalam menyelesaikan job.

Riset itu harus!

Apapun jenis pekerjaan yang kita dapat, selalu biasakan diri untuk melakukan riset lebih dahulu sebelum mulai mengerjakannya. Misalnya, saya mendapat pesanan artikel dengan tema bahan bangunan rumput sintetis. Agar tahu apa yang harus ditulis, maka harus melakukan riset kecil-kecilan lewat Google tentang macam-macam rumput sintetis, faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam membeli dan pemasangan, hingga bagaimana perawatannya. Dari informasi tersebut, baru saya bisa membayangkan kerangka tulisan seperti apa.

Bagaimana dengan pekerjaan lain, seperti desain poster atau ilustrasi? Riset tetap perlu, supaya kita bisa dapat inspirasi untuk topik yang diminta klien. Lebih jauh, jika klien mencantumkan identitas diri atau profil usahanya, lakukan juga riset untuk hal tersebut. Ini penting untuk memahami ‘kepribadian’ klien. Memang tidak semua klien mau buka-bukaan soal hal itu, lagi-lagi karena semua pekerjaan ini berlangsung dalam jalur online, di mana anonim itu adalah ‘hal biasa.’

Namun, jika kita memperoleh pekerjaan dari lini bisnis yang cukup besar, biasanya mereka cukup terbuka dengan informasi tersebut. Bahkan, mereka juga sudah punya panduan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Balik lagi ke poin satu: pahami betul brief yang diberikan!

Kapan deadline-nya?

Nah, ini dia yang kadang suka kita lewati. Perhatikan baik-baik kapan deadline pekerjaan ini harus dikirim kepada klien. Sangat baik jika kita punya satu agenda atau gunakan saja fitur kalender di hp untuk mencatat setiap deadline pekerjaan yang diambil. Dari situ, kita jadi bisa mengelola waktu kita saat mengerjakan setiap job. Termasuk tahu kapan perlu cari job lagi.

Pengalaman saya dengan Kontenesia, hampir setiap hari ada posting job dari admin. Namun, karena sistem pengambilan job secara lelang (siapa cepat dia dapat), maka belum tentu juga setiap hari dapat job. Akan tetapi, saya selalu berusaha mengambil pekerjaan dengan deadline yang tidak bertumpuk, maksimal tiga hari berturut-turut. Habis itu biasanya saya akan off dulu.

Masalahnya adalah kadang job sering datang di saat kita ingin istirahat hahaha :D Well, untuk satu ini saya balik ke prinsip ini: nggak ambil kesempatan yang ada, nggak dapat pekerjaan, maka uang juga nggak datang. Jadi, selalu berakhir dengan tetap ambil pekerjaan deh!

Kerjakan sesegera mungkin

Ini kuat banget hubungannya dengan soal menunda dan rasa malas. Apalagi, kalau jumlah pekerjaan tersebut banyak. Bisa dicicil, paling nggak mulai dari riset lebih dulu. Coba bikin corat-coret di buku catatan atau diskusi dengan seseorang yang mungkin memahami topik tersebut.

Prakteknya sih, saya bukan anggota anti mepet deadline club. Harus diakui, kerja mepet tenggat waktu itu bikin otak lebih semangat meluncurkan ide-ide segar hahaha. Namun, bagi saya hal ini berlaku untuk proses penulisan saja. Riset dan membangun kerangka tulisan sudah saya lakukan sejak hari pertama mendapat pekerjaan. Cuma eksekusi sering nungguin waktu dan mood yang tepat. Nggak jarang juga, ide-ide segar itu justru datang pada jam 2 atau 3 dini hari. Makanya, saya lebih suka bekerja pada jam tersebut.

Boleh ditiru nggak menurut teman-teman? ;)

Kirim ke klien dan bersiap untuk revisi

Nggak ada satu pekerjaan pun yang sempurna. Maka, begitu kita kirimkan hasil pekerjaan pada klien, bersiaplah untuk revisi. Berapa kali revisi? Tergantung klien, sampai mereka merasa puas dengan hasil kerja kita. Harus bersikap gimana saat klien complain soal hasil jerih payah kita? Tetap tenang dan jangan baper. Kalau kita baper, yang ada pekerjaan nggak selesai, uang juga nggak didapat. Sayang kan?

Bukan, bukannya saya jadi mendewakan klien bahwa kemauan mereka harus selalu dituruti. Namun, sebagaimana lazimnya layanan jasa, sebagai pemberi jasa tentu kita harus memberikan yang terbaik pada klien. Karena dari pelayanan terbaik itulah klien akan merasa puas dan tahu bagaimana kualitas diri kita, sehingga ia akan repeat order. Balik lagi ke kita untuk meminta jasa berikutnya.

Sekali lagi, pekerjaan ini tidak ada tatap muka atau kehadiran fisik sama sekali. Semua komunikasi berlangsung lewat kata-kata, dan mungkin suara atau video conference. Maka, kita juga harus siap mengerahkan kemampuan terbaik demi mendapatkan kepercayaan dari klien. Jadi, bukan cuma skripsi atau tesis yang harus direvisi berkali-kali, pekerjaan juga lho hehehe.

Kirim invoice yuk!

Terakhir, jangan lupa untuk menagihkan invoice pada klien ya! Jika teman-teman mendapat pekerjaan melalui platform untuk freelancer, silakan cek situs masing-masing perihal penagihan ini. Jika pekerjaan tersebut didapat secara personal, bisa berikan tagihan tertulis. Oya, pastikan soal revisi juga sudah termasuk dalam penagihan tersebut, sehingga teman-teman tidak rugi waktu dan tenaga ketika klien meminta revisi. Di Kontenesia, setiap klien membayar sejumlah tertentu untuk paket artikel yang diinginkan dengan batas revisi maksimal dua kali.



Itu dia 6 hal yang harus dilakukan setelah mendapat pekerjaan. Siklus ini bakal berulang terus setiap kali kita memperoleh job. Mungkin sedikit susah awalnya untuk membiasakan diri, tetapi setelah satu dua kali akhirnya kita bisa terbiasa dengan pola tersebut. Plus, jadi lebih pandai mengatur waktu pengambilan job.

Yuk, coba praktekkan di rumah!


Salam,
Dita

3 comments:

  1. Riset itu emang penting mbk. Aku juga ngelakuin siklus itu. Makasih sharingnya ya mbk. Salam, muthihauradotcom

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2, terima kasih sudah mampir 😊

      Delete
  2. Selesai membaca artikel "working at home" ini langsung perasaan ku menggebu2 untuk bekerja di rumah. Saat ini aku lg memulai belajar nulis mba.. dan sungguh rasanya termotivasi setelah baca artikel ini. Aku kesulitan di management waktu, karena dengan sumberdayaku terbatas. Dan aku orangnya ngantukan...anak tidur dimalam hari lhoo aku ikutan tidur bukannya belajar ;(

    ReplyDelete

Powered by Blogger.