Kejang Demam!
Malam pasca kejang demam |
Tiga hari lalu, pengalaman pertama mendebarkan bagi saya dan suami.
Malam sebelumnya, saya tidur lebih dulu sementara Rasya baru tidur bersama ayahnya. Saat itu kondisi Rasya sehat-sehat saja, masih main dan bercanda dengan suami. Tengah malam, saat saya ingin memeluk Rasya, saya kaget luar biasa mendapatinya panas tinggi. Pas saya tahu ia pup, saya langsung membawanya ke kamar mandi dan membersihkannya. Pup normal, nggak mencret. Berhubung Rasya juga masih ngantuk, saya pun menyusuinya dengan pakaian terbuka sedikit, sehingga terjadi skin-to-skin contact. Suhu tubuhnya ketika itu 37,7 derajat Celcius.
Sekitar jam 2 pagi, saya terbangun dan Rasya kejang-kejang! Matanya yang bulat itu terbalik ke atas dan air liur menetes dari mulutnya. Pandangannya kosong, sementara tubuhnya bergetar hebat tanpa henti. Saya langsung teriak panggil suami. Suami panik, apalagi saya. Memakaikan jaket pada Rasya pun saya sampai tak sanggup, sambil menangis. Suami ambil alih, saya lekas ganti pakaian. Tak lama, kejang Rasya berhenti. Kami bergegas ke RS.
Sepanjang perjalanan (cuma sepuluh menit tapi rasanya berjam-jam), saya dekap Rasya terus sambil memanggil-manggil namanya. Rasya mengerang, seperti kesakitan, tetapi ia tetap sadar. Tiba di UGD, perawat langsung mengukur suhu badan Rasya dan memberinya Dumin paracetamol lewat dubur. Ternyata suhu tubuhnya sudah 39,5 derajat Celcius! :'(
Perawat pun langsung minta saya mengompres Rasya supaya demamnya cepat turun. Alhamdulillah setelah 15 menit dikompres, suhu tubuhnya bergeser ke 38,5 derajat Celcius. Saya pun menyusui Rasya lagi. Setelah disusui, Rasya sedikit lebih baik. Ia mulai mengamati sedang ada di mana dan mau berkomunikasi. Karena kondisinya sudah membaik, jam 4 kami pulang. Setibanya di rumah, saya langsung memberikan Rasya sanmol untuk menurunkan demamnya.
Paginya, saya membawa Rasya ke dokter anak untuk memeriksanya lebih lanjut. Setelah diperiksa, dokter mengatakan, penyebabnya antara tenggorokan yang merah (batuk pilek) atau infeksi saluran kencing (ujung penisnya agak merah). Saya sih lebih condong ke batuk pilek, karena pagi setelah kejang, Rasya bersin-bersin dan meler. Obat racikan dengan penurun panas dan anti kejang, serta antibiotik (dry syrup) diberikan untuk Rasya. Dokter juga meresepkan Dumin dan Stesolid (obat anti kejang yang diberikan lewat dubur) sebagai obat jaga-jaga jika ia kejang kembali.
Pasca diperiksa, saat menunggu obat, Rasya malah sudah bermain panjat-panjatan dan perosotan di RS. Ia tampak senang bermain di situ, berkali-kali naik dan turun, merangkak di terowongannya. Giliran saya yang geleng-geleng, nggak kayak anak sakit :p
Sampai di rumah suhu tubuhnya masih tinggi. Rasya tidur siang baru satu jam kemudian ia bangun. Alhamdulillah mau makan walau sedikit. Saat saya susui, ia kejet-kejet dua kali. Sebelum terjadi kejang lagi, saya langsung memberinya Dumin dan obat racikan penurun panas dari dokter. Alhamdulillah sejak siang itu hingga sekarang, kondisi Rasya sudah stabil.
Namanya anak ya, lagi sakit jadi lebih manja dengan saya. Saat libur Kamis kemarin, ia banyak minta ini itu pada saya dan suami. Susahnya, ketika keinginannya saya salah tafsirkan, ia marah-marah dan menyingkirkan semua barang yang saya sodorkan. Jadilah Kamis kemarin hampir seharian kami bingung membaca keinginannya. Ayo, Rasya cepat ngomong yaa! Untunglah, kini semua lebih 'normal' dan Rasya sudah main seperti biasa.
Pengalaman ini menjadi catatan penting bagi saya, bahwa kenaikan suhu tubuh yang drastis pun bisa memicu kejang demam. Bukan semata sudah demam sebelumnya. Toleransi Rasya terhadap demam pun sudah ketahuan, saya tak boleh membiarkan suhu tubuhnya naik drastis hingga 39,5 derajat Celcius. Begitu demam di atas 37,5 derajat Celcius, seharusnya langsung diberikan paracetamol dan dikompres air hangat (bukan air dingin ya!). Coba intip di sini deh soal penanganan kejang demam pada anak.
Mudah-mudahan ini yang pertama dan terakhir. Rasya sehat selalu yaaaaa :*
H+1 pasca kejang demam, sudah main di luar :) |
No comments: