Catatan Rasya (26): Menunggu

Dibilang pesimis sih nggak pesimis banget, tetapi optimis sekali ya juga tidak. Lebih tepatnya, harap-harap cemas. Iya, saya dan suami masih menunggu kapan Rasya lancar bicara. Bukan bermaksud membandingkan Rasya dengan teman seusianya yang perempuan, tetapi lebih pada rasa khawatir mengapa ia jarang sekali memproduksi kata, apalagi kalimat. Semua interaksi secara umum masih mengandalkan komunikasi non-verbal, ditambah kami juga selalu berusaha memahami maksud Rasya. 

Berkali-kali saya selalu bilang, makanya Rasya ngomong supaya Mama ngerti, tapi masih begitu saja. Sedih? Nggak sedih, gemas iya. Karena saya dan suami tahu persis, Rasya sudah tahu banyaaaaaakkk sekali kata. Tinggal membuatnya bicara. 

Seminggu ini saya menemukan ia mulai sering memanggil saya, terutama jika menginginkan sesuatu. 'Ma, Ma, Ma!' begitu ucapnya sambil menunjuk pada barang yang dimaksud. Ia juga (akhirnya) bisa bilang 'nenen' padahal sudah nggak nenen lagi :p Namun, ya itu.....masih sekali dua kali, dan sesuka hati. Giliran ditanya balik, malah nggak dijawab. Deuh :( 

Rasanya, saya sudah melakukan banyak hal: membacakan cerita (yang sama setiap hari sebelum tidur atau sore hari), selalu bertanya 'mau apa? ini apa? itu apa? ini siapa?', menyanyikan lagu, menyebut semua barang yang ditanyakan (ditanya balik belum bisa menjawab), juga pengenalan huruf. Sampai sempat terpikir untuk menamai seluruh benda di rumah karena Rasya sudah mengenal beberapa huruf. Tapi nggak jadi karena itu metode untuk mengajar anak membaca. 

Saya juga berusaha melafalkan benda dengan mantap, sambil memintanya meraba leher saya yang bergetar untuk tahu itu 'suara' apa. Saat saya minta ia menirunya, ia cuma berpaling. Sampai saya menemukan ia berusaha melafalkan kata 'apel' tetapi ia agak sulit mengeluarkan suaranya. Sudah membuka mulut tetapi suaranya seperti tertahan. Hmm....apakah itu berarti sesuatu?

Tadi saya membuka thread tentang anak terlambat bicara di Mommies Daily. Hasil baca pengalaman para mommies, ternyata ada beberapa faktor yang menyebabkan anak terlambat bicara (late-talking). Salah satunya, tentu saja TV dan gadget *jitak kepala sendiri*. Salah duanya, ada keterbatasan motorik dari alat bicara, yang kadang tak terdeteksi oleh orang awam. Salah tiganya, bisa jadi keturunan orang tua (umumnya ayah ke anak laki-laki). 

Lazimnya anak laki-laki, pencapaian milestone mereka cenderung fokus pada satu tahap. Setelah berhasil di tahap itu baru beranjak ke tahap lain. Ini saya setuju karena secara motorik, baik halus maupun kasar, Rasya sangat piawai dan handal. 
  • Mampu menyendok susu ke dalam gelas dengan takaran yang cukup sesuai (tumpah sedikit masih wajar lah)
  • Menuangkan air dari gelas ke gelas
  • Menjumput barang kecil seperti kacang atau potongan lego
  • Membalik halaman buku dengan mulus
  • Menyusun dan menumpuk semua benda
  • Memposisikan mobil-mobilan seperti antrian dengan mobil menghadap arah yang sama
  • Memanjat apapun 
  • Berlari 
  • Melompati lubang
  • Meniru seluruh gerakan ketika diberi contoh dengan mudah dan cepat
Secara kognitif pun, ia sudah mampu 'mengasosiasikan' suatu kata yang kita ucap dengan benda yang dimaksud. Artinya, ia mengerti itu kata apa dan itu benda apa. Contohnya, mencocokkan warna, meniru suatu gerakan saat saya menyanyikan penggalan lirik lagu, meniru gerakan dan suara hewan saat saya bertanya, dan menunjuk benda yang tepat sesuai nama. Untuk konsentrasi, Rasya tergolong cukup dan tetap bisa fokus pada saat saya membacakan buku, misalnya. 


Dari sini saya berkesimpulan sendiri, bahwa Rasya mampu menyerap dan mengerti apa yang diajarkan, dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami. Ia hanya kesulitan memproduksi kata. Huruf pun ia mulai menguasai beberapa huruf konsonan, seperti C, Q, Z, H, S, K, dan J, selain huruf vokal. Menilik dasar kedua dari penyebab late-talking dan usaha kerasnya mengucap kata 'apel', saya merasa ada yang perlu diperiksa lebih lanjut dengan alat bicara Rasya. Baca di thread tadi, ada anak yang nafasnya pendek, rahangnya perlu diperkuat, dll. Metode terapinya pun beragam, mulai dari meniup peluit, menyedot dengan sedotan ulir, pijat rahang, dan sebagainya. MUNGKIN saja ini yang menjadi kesulitan Rasya. 

So, agaknya saya dan suami akan membawa Rasya ke dokter spesialis anak untuk memeriksakan kesulitan ini lebih lanjut. Mudah-mudahan upaya ini bisa membantu Rasya lebih menguasai kemampuan berbahasanya. Tunggu perkembangan selanjutnya ya! :)



Artikel menarik seputar late-talkers:

3 comments:

  1. semoga ada perkembangan lebih baik, ya :)

    ReplyDelete
  2. Semoga Rasya cepet dapet insight buat memproduksi macam2 kata ya.. amiin :)

    ReplyDelete
  3. terima kasih semuanya, Alhamdulillah mulai ada perkembagan positif nih. semoga Rasya tetap semangat untuk terus bicara lebih banyak!

    ReplyDelete

Powered by Blogger.