Breastfeeding time, priceless!

Roadshow saat Lebaran di Jakarta kemarin sukses membuat saya terserang flu dan batuk. Awalnya saya kira ini alergi, karena setiap pagi saya bersin-bersin heboh dan hidung buntu (saya punya riwayat alergi debu dan udara dingin). Eh kok sampai siang masih gebres-gebres alias bersin tiada henti. Sobatan sama tissu deh...

Selain bikin pusing tujuh keliling dan tidur nggak enak, saya juga khawatir Rasya tertular. Akhirnya, pergilah saya ke dokter umum di sebuah klinik di bilangan Pamulang. Untunglah siang itu ada dokter yang bertugas. Si ibu dokter menyambut saya dengan ceria, menanyakan saya sakit apa. Saya pun bilang bahwa saya flu atau alergi, cuma karena tidak tahu persis makanya memeriksakan diri. Apalagi saya punya bayi yang masih menyusui. 

Dokter (D): Nah iya, ini batuk pilek. Masih menyusui?
Saya (S): Iya dok, masih menyusui.
D: Bayinya berapa bulan?
S:  7 bulan dok.
D: Emang belum tambah susu lain? Masih nyusui? (dengan nada heran)
S:  Belum, pernah dikasih sedikit pas saya sakit DB, tapi nggak doyan.
D: Emang ASI-nya masih banyak? Masih kental? (si dokter semakin heran sepertinya...)
S:  Masih banyak, masih kencang, masih kental kok, dok. 
D: Berarti belum bisa diet donk, hahahahaha 
S:  Ya nggak apa-apa donk, kan untuk anak (sambil senyum tipis ngelus dada)
            
Ealaaaahhh...........Bu dokter, kenapa mempertanyakan keputusan saya menyusui meski sudah lulus ASI eksklusif? Baru kali ini saya bertemu dokter (ibu-ibu lagi) yang bertanya penuh keheranan soal menyusui. 

Bukankah menyusui itu sudah fitrah seorang ibu? Pun meski si kecil sudah lulus ASI eksklusif, adalah haknya untuk tetap memperoleh ASI sampai usia 2 tahun. 

Begitu juga dengan Rasya, yang sudah mendapat MPASI tetapi masih doyan banget dengan ASI. Judulnya saja MPASI, Makanan Pendamping ASI, bukan pengganti. MPASI membantu tumbuh kembang Rasya yang sedang pesat-pesatnya, sementara ASI memantapkan sistem kekebalan tubuh Rasya. Alhamdulillah, sewaktu saya batuk pilek, Rasya tetap sehat, meski sempat batuk kecil dan hidung buntu. Saat ke dokter memang diresepkan dua obat, tetapi tidak saya minumkan karena batuk kecilnya hilang dan nafasnya sudah lancar kembali. 

Semua berkat ASI! 

Saya masih berkeinginan kuat untuk menyusui Rasya hingga haknya sebagai anak terpenuhi. Meski sempat minum sedikiiiiitttttt susu formula ketika saya sakit DB, tetap BELUM terpikir untuk mengenalkan susu tambahan pada Rasya. Apalagi dengan porsi makan Rasya yang luar biasa banyak, saya yakin homemade MPASI plus ASI sudah cukup memenuhi kebutuhan nutrisi Rasya. Setelah itu, mungkin saya baru akan mengenalkannya pada susu lain. 
Rasya, 7 bulan, sehat dan montok!

Benar apa kata Mia Sutanto, Ketua Umum AIMI, bahwa menjadi seorang ibu itu LUAR BIASA.
"As a mother, you are not normal, you are extraordinary. However, don’t demand perfection on yourself, because perfection can only be seen through your children’s eyes." - Mia Sutanto

Karena, sampai detik ini, saya sangat sangat menikmati kegiatan menyusui, di mana pun, kapan pun. Memeluk Rasya yang kakinya sudah menjelajah ke mana-mana, menggenggam tangan kecil Rasya yang sibuk mencari tangan saya, atau memandangnya tertidur lelap setelah menyusui. 

Priceless

We're going to finish our breastfeeding journey, Lil' Rasya! 

2 comments:

  1. semangat mbak... aku juga masih breastfeeding kok, even anakku skrg sudah 2 tahun 4 bulan... let them stop by their self..

    ReplyDelete
  2. Sukses ya mbaaaakkk sampe 2 tahun InsyaAllah .. saya juga sama nih, dapet pandangan keheranan dari mertua adek saya, karena sy belom kasih mpasi dini & susu tambahan sebelom 6 bulan, gara2 anak saya gigit2 jari..padahal itu kan emang fase oral dia + teething, tapi selalu dibilang kelaperan. Sampe konsul ke sodaranya yg dokter apa perlu susu tambahan .. ditambah pandangan aneh krn sy bilang "merah susu", pake ditanya pula "emang cukup?" , sampe akhirnya beliau liat sendiri isi Freezer saya .. baru deh mingkem :D Hiiihihih .. Doain sy juga bisa kuat n sampe S3 ASI ,Aamiin YRA.

    ReplyDelete

Powered by Blogger.